Salam samastha raya,
Sesungguhnya ketika dipahami lebih mendalam, bahwa semesta ini memiliki bahasa tersendiri yang bisa menunjukkan sesuatu yang sama, dalam definisi yang berbeda. Simbolisme semesta itu dikatakan sebagai arketipe-arketipe yang hidup sepanjang masa dan hadir di berbagai tempat berbeda, dengan bahasa yang berbeda, namun bisa menunjukkan hal yang kurang lebih bermakna sama.
Arketipe sendiri menurut Mercia Elliade dan Carl Jung tersebar dalam berbagai kondisi wilayah, keyakinan, tradisi, serta yang berhubungan dengan kebersadaran atas Sang Divinitas tertinggi. Sebagai contoh tentang konsep kesuburan Yoni, dengan Ibu pertiwi, Amaterasu, Dewi Kwan Im, Dewi Uma, Pradana, dan lain-lainnya. Sebagaimana juga dengan alam bawah sadar manusia yang membahasakan konsepsi yang sama di berbagai belahan dunia.
Konsep alam bawah sadar manusia yang hadir juga lewat simbolisme mimpi, memberikan makna arketipe yang benar memiliki arti yang sesuai. Seperti makna air 🌊 (cups) dalam mimpi, atau air bah, tsunami yang menandakan gejolak emosi. Atau api 🔥(wands) yang melambangkan semangat juga ambisi, seperti mimpi terbakar dan tersulut api. Bisa juga bermipi dengan pedang ⚔️ yang menandakan pikiran dengan berbagai kondisinya, atau benda-benda tajam tertentu. Serta pentacles 🌟 yang menandakan kerja keras juga pengharapan hasil diri. Arketipe itu merupakan simbol bahasa semesta juga.
Seperti dalam konsep keyakinan, di mana sesuai dengan kondisi pembahasaan batin di setiap sudut dunia, maka secara garis besar sangat layaklah suatu keyakinan yang berbeda, memiliki merujuk pada satu konsepsi yang beresensi sama rasa. Seperti pada konsep sedulur papat, kanda pat, yang dalam bahasa keyakinan tertentu, dapat mengiringi esensi atas Sang Divinitas itu sendiri.
Anggapati, Mrajapati, Banaspati, Banaspati Raja, kemudian menuju Citta, Buddhi, Manas, Ahamkara, memiliki suatu sinergisitas terhadap pemaknaan Kejawen yang Santri. Disebut itu Nafs Amarrah, Nafs Lawanmah, Nafs As sufiyah, Nafs Mutmainah. Dan ketika dalam bahasa Local Genious Hindu Bali merujuk pada Ratu Ngurah Tangkeb Langit, Ratu Wayan Tebeng, Ratu Made Jelawung, Ratu Nyoman Sakti Pangandangan, dan kelak menuju Kanda Pat Dewa Iswara, Brahma, Mahadewa, Hyang Wisnu, Bhatara Shiwa di tengah. Kemudian dalam ajaran Samawi diketemukan tentang Malaikat yang membawa ArsyNya disebut Michael,Raphael, Uriel, Gabriel sebagai pembahasaan yang berbeda. Hal ini merupakan konsepsi saja tentang EsensiNya dalam ruang bahasa yang berbeda.
Dan secara mendalam lagi bisa diketemukan juga tentang pemaknaan Sapta Cakra Utama dengan apa yang disebut Ten Sephiroth dari ruang Mistic Kabbalah Jews. Secara garis besar keduanya itu adalah tentang bagaimana Sang Divinitas membagi bahasa energi tubuh ke dalam suatu kebijaksanaan tersendiri, yang secara garis besarnya itu memiliki suatu bahasa yang relatif sama. Ini adalah suatu bagian pembelajaran atas tubuh itu sendiri, baik bagi ruang psikologis, atau fisik yang kelak dapat bermanfaat menuju suatu sinergitas atas Energi Semesta dan Energi Jiwa di dalam diri
Swaha shanti rahayu
Gus Lingga
Kalvatar Tastra Aksara
Wa 081999013570
Tarot dalam Ten Sephiroth serta Sapta Cakra..



Tinggalkan komentar