Om suci nirmala Ida Hyang Parama Kawi, tedun Ida sakadi Hyang Surya ring Buddhi, Hyang Chandra Hyang Baruna ning eling ring Citta Sattwika, weruh Hyang Indra lan Hyang Bayu wenang ring Manah, Hyang Yama Kubera Agni sang ahamkara kasupat Iya Sang Dharmika..

Saat ini dalam segala keterjadian jaman saat ini, di mana mungkin merasakan masih berada dalam gejolak Kali Yuga. Maka kaki satu dari sang Dharma, sepertinya sudah mulai keropos untuk menopang sang dharma itu. Tentunya bagi para dharmika, para Dharma ning Ksatriya Mahotamma tetap dengan teguh melaksanakan kewajibanNya, swadarmanya sebagai taksu Ia Ida Hyang Dewata Kabeh.

Jaman Kali pun memberikan pelbagai permasalahan yang ada. Sebagaimana diri menjadi seorang pengusadha pun tentunya sering mendapatkan permasalahan dari klien tentang bagaimana itu bisa timbul dari keluarga, keluarga besar atau pun keluarga kecil. Pengaruh-pengaruh dari sang timira yaitu kegelapan maya guna tamas juga rajas. Pengaruh kegelapan yang berasal dari sapta timira, menjadi jerat yang tiada akhir bagi sang diri untuk malah menjauh pada kebersadaran semestaNya. Sang timira seperti dana(harta), kulina (keturunan), guna (kepandaian), yowana (masa muda), sura (miras), kasuran (kekuatan), dan surupa (wajah tampan), adalah yang membuat hidup di diri manusia menjauh pada kodratNya sebagai mahluk penuh kebajikan dharma. Ini yang dikatakan dalam sarasamuscaya serta agastya parwa bawa manusia yang lahir dalam lingkup dharma, adalah manusia yang sangat beruntung dan memiliki taksu untuk menciptakan kedamaian, memelihara dunia, serta meleburkan berbagai permasalahan dunia.

Permasalahan dari keluarga besar adalah yang termasuk seringkali terjadi di kehidupan saat ini. Bahkan ini pun menjadi hal yang tetap hadir seiring dengan perkembangan jaman yang ada. Pada saat waktu yang lalu, epos Mahabrata menyebutkan bahwa permasalahan yang ada adalah akibat pertentangan dari pihak-pihak yang bertikai dalam keluarga. Keluarga yang bercirikan Pandawa atau keluarga yang bercirikan Satus Korawa. Tidak perlu suatu perdebatan ketika menyimak dua prinsip keluarga itu, bahwa seseorang tinggal memillih sesiapa yang layak diikuti dan mengikuti pula prinsip-prinsip sang dharma. Perdebatan tentang misalnya bahwa korawa itu adalah sebuah jalan hidup, adalah suatu asumsi kesalahan atau pembenaran terhadap dirinya untuk memiliki prilaku yang tidak sesuai sang dharma.

Prinsip utama ketika memiliki suatu klien yang memberikan pembahasan tentang keluarga besarnya yang bermasalah adalah, bahwa suatu sugesti terhadap kesadarannya terdalam apakah Ia berada pada lingkup sang Pandawa atau pada ranah Sang Korawa. Seorang dari Korawa akan selalu bersandar pada tabungan sancita karmaNya, artinya dalam hidup yang sekilas ini segala kemewahan dan keberkahan yang ada, dan bersandar pada adharma laku, akan cepat atau lambat menjadi habis, sehingga hanya akan menciptakan karma buruk di pradabda karmapalanya, atau kryamana karmapalanya. Duka, Lara, Rogha, Sangsaya yang sudah pasti hasilnya di masa yang akan datang. Gerak dari karma adalah seperti garis lurus menurut garis sang Kala. Tidak ada yang mampu mengalahkan sang Kala selain hanya bersinergi denganNya dalam kehidupan di alam Bhur Loka ini.

Pandawa pun dalam kehidupan memiliki berbagai jalan kedharma-an yang sangat perlu dijalani. Melaksanakan perjalanan keluar kerajaan dalam waktu 13 tahunan, yang artinya adalah waktu untuk pembelajaran hidup dalam ruang brahmacari. Simbolisme yang sangatlah baik untuk memahami bagian catur asrama kehidupan. Termasuk juga bagaimana mereka mempertahankan, menguatkan kedharma-an mereka sehingga lebih mampu tahan dari korban sad atatayi korawa. Sampai kelak mampu melawan dan bertahan serta mengalahkan mereka.

Panca pandawa adalah suatu simbolisasi Panca Satya juga sebagai ilham atau inspirasi bagi seluruh umat. Sang Yudistira sebagai Sang Satya Wacana (teguh terhadap perkataan), Bhima sebagai Satya Laksana (teguh terhadap perilaku dan perbuatan) Arjuna sebagai Satya Hredaya( teguh terhadap hati juga sang dharma), satya mitra sang nakula (teguh dengan persaudaraan) satya semaya sang sahadewa (teguh terhadap janji dan komitmen). Ini yang membawa kekuatan untuk menguatkan jiwa raga dalam menjalani suatu swadarma kehidupan.

Dari itu ada berbagai pengaruh luar yang menjadi musuh-musuh diri, termasuk perilaku keji dari orang lainnya. Sad ripu sebagai standar etika susila Hindu, kemudian sad atatayi sebagai perilaku keji orang lain termasuk keluarga dalam lingkup sang korawa. Raja pisuna fitnah, wisada meracuni (cetik), sastrghna (mengamuk), atharwik diserang dengan ilmu hitam, agnida membakar sesuatu, dratikrama memerkosa, melecehkan.

Sancita karma manusia akan segera habis. Apakah itu sancita karma yang menciptakan kebaikan, atau pun sebaliknya. Dan ketika telah habis, maka saldo yang terisi selanjutnya adalah sebagai bagian pradabda karmapala hidup. Saat kuat diri melaksanakan selalu kedharma-an, akhirnya karma baik akan dinikmati kembali. Diri yang terliputi sisa saldo karma yang buruk pun, ketika mampu melaksanakan kedharma-an akan pula menghasilkan karma baik. Sampai nanti menjadi kryamana karmapala.

Manusia akan kemana?setelah “Kematian”..(wraspatti tattwa)..

Hadir di dunia sebagai manusia berdasarkan sastra menyebutkan adalah suatu keseimbangan dari Satwika rajasika tamasika menurut wraspatti tattwa atau jnana tattwa. Dan setelah nanti menuju tanah wayah, itu adalah melepaskan diri dari alam bhur loka menuju bwah dan swah loka. Atau menuju loka di atasNya sebagai entitas suci selayaknya penghuni dewata loka, di jana maha atau sunya loka kamoksan. Kita sebagai manusia yang memiliki aturan-aturan tertentu untuk hidup, akan selalu tunduk pada hukum yang telah diatur semesta, yaitu hukum Dharma.

Guswar…anggara wage gumbreg sasih kapitu saka 1947….


Eksplorasi konten lain dari Kalvatar Tastra Aksara (DharmaNya Tanpa Batas)

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pengelola Web Kalvatar Tastra Aksara

Ida Bagus Lingga Wardana, S.E, M.Sos., CH.,CHt., CFHPSy

Lulusan Pasca Sarjana S2 ilmu Agama dan Kebudayaan Unhi, saat ini sedang mengemban pendidikan S3 untuk Ilmu Agama dan Kebudayaan di Unhi

Merupakan Founder dari Penerbit Kalvatar Tastra Aksara, Penerbit buku-buku religi dan spiritualitas.

Serta membuka Konsultasi Psikologi Tarot Reading Kanda Pat Suksma Kalvatar Bali. Dengan Nomor Ijin Praktek,

STPT 570/STPT/0022/IX/DPM-PMTSP 2023

Alamat Jalan Tukad Balian 70x Sidakarya (Sebelah Kedai Magisa)

Kalvatar Tastra Aksara

Jl. Tukad Yeh Aya ruko No.70x blok A2, Panjer, Kec. Denpasar Bar., Kota Denpasar, Bali 80224

https://maps.app.goo.gl/GBnJXoDBh7UMLBRs6

Related posts

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9735786260076542"
     crossorigin="anonymous"></script>
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9735786260076542"
     crossorigin="anonymous"></script>

Eksplorasi konten lain dari Kalvatar Tastra Aksara (DharmaNya Tanpa Batas)

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca