Om widya jnana siddhi amritam, sang manu iki tan hana buddhi sattwikam, Ida hyang Pasupatya Weruhing mertha Sanjiwani, Sudamala ning suksma jihwani, sirna dukka lara rogha iriki..

Pasupatya pujam
  1. Ruang Renung

Kemenangan dharma selalu dirayakan setiap enam bulannya. Dan menjadi pemaknaan Galungan yang agung untuk memberikan simbolisme bahwa dharma seharusnya dan berniscayakan suatu kemenangan yang abadi. Namun lahir di bhur lokal tentunya memiliki berbagai “aturan main” untuk mencapai kemenangan itu.

Berbagai perspektif atau cara pandang hadir untuk memperlihatkan apakah kondisi kemenangan itu sendiri. Prinsip-prinsip moralitas pun menjadi bagian aturan-aturan yang ada. Serta pembuktian bahwa kesirnaan dari sang duka lara rogha sangsaya seluruh penderitaan dunia adalah hal yang didambakan. Dari berbagai mantra, yantra, puja, yadnya sebagai bagian upacara adalah suatu pengimplementasian sang tattwa untuk mendapatkan hasil suka, bagya, rahayu, raharja. Namun bagaimana sisi kesusilaan itu bisa terlaksanakan pada pemahaman yang telah terdefinisikan sangat baik dari warih sang dharmika itu, adalah menarik untuk disimak.

Perspektif yang sekiranya bisa hadir dan dapat ternikmati oleh siapa pun pada mereka yang menjadi sang bijak, baik untuk dirinya, keluarga, anak-anaknya, atau kepada swadarming kalaningiya. Perlu disadari juga pemahaman ini bisa jadi memudahkan untuk dilaksanakan, serta disampaikan sebagai struktur yang mumpuni. Pemahaman itu pun telah memiliki hirarki yang telah hadir lama pada kehidupan dan bersumber pula dari tattwa-tattwa sastra yang ada. Itu kemudian terkumpul menjadi suatu hirarki dan pengumpulan yang menarik, mengkhusus pada ruang renung, relung sang dharma.

Hirarki atau kumpulan kosa kata itu disebut dengan leksikon hindu, ini bisa menjadi bagian dari konsep yang dihadiahkan, di-amrita-kan leluhur kepada kita sebagai pembawa dharma. Leksikon Hindu itu terbuncah dari berbagai karya-karya sastra yang ada, seperti pada sarasamuscaya, wraspatti tattwa, manawadharma sastra, itihasa, ganapati tattwa, tattwa jnana, sang hyang kamahayanikan, agastya parwa, dan sebagainya. Ini pun bisa dijewantahkan sebagai suatu pakem dharma untuk menemukan kemenangan-kemenangan dalam kesehariannya. Sehingga pada saatnya galungan bukan sekedar ruang simbolik saja, tapi sebagai cahaya pembinaran dari keseharian-keseharian hidup sang sahadja dharma.

2. Ruang Relung

Leksikon Hindu sebagai kumpulan dapat tersimak dari sang eka sampai sang dasa, bahkan lebih. Namun pemaknaan yang terpenting untuk membinarkan sang citta, buddhi , manah, ahamkara ring panca maya kosha yang semoga menuju keterlepasan pada kedukkaan dunia. Penjelasan itu adalah :

*Ekam sat wiprah bahuda wadanti, ekam eva adityam brahman, kepada Hyang Esa satu kita berasal, berproses, dan menuju. Sebagai sumber asal muasal sang Dharma di berbagai alam-alamNya

*Dwi : Rwa Bhinedda kepada dua itu terliputi kita di dunia, purusha pradana dari Hyang Satu kemudian terliputi diriNya, terkilaukan purusha oleh prakerti. Sebagai bahan menciptakan semuaNya. Pada ini kemudian Kala-Loka-Prastita sedianya tercipta.

*Tri : Prakerti adalah Maya Guna meliputi semuaNya tersampaikan Sattwik Rajas Tamasika. Bahan pencipta semesta. Dan Purusha kemudian terdefinsikan sebagai Tri Murti Brahma,Wisnu, Siwa. Pada kehidupan hadir Tri Kaya Parisusdha sebagai aturan penting pencipta karma baik. Manacika, wacika, kayika berpikir, berbicara (lisan tulisan), berbuat baik.

*Catur : Sang purusha dan prakerti mencipta dunia dalam ranah kemahakuasaan Cadu Shakti, Wibhu-Prabhu-Jnana-Krya Shakti. Maha ada, maha raja, Maha tahu, Maha Cipta. Dan sang jiwa termanifestasikan dalam citta-buddhi-manah-ahamkara di samkhya-jnana menjadi sang kanda kapat suksma, nuju sang dewek kanda pat dewa-sari-bhuta-pati. Pemahaman atas sang diri, kemudian menganalisa, agar bisa mengejewatahkan dharmaning wit sangkan dumadi.

*Panca : Keberpahaman atas keyakinan dengan lima bagiannya Panca Sraddha menjadi pedoman, serta bagaimana sang jiwa terliputi kemudian hasil kasar prakerti panca maha butha, panca tan matra, apah-teja-bayu-pertiwi-akasa. Terciptakan Inderawi Panca Buddhindriya-Panca Karmendriya. Dikuasai oleh Panca Brahma Panca Tirtha Aksara Ngaraniya Sang,Bang,Tang,Ang,Ing, Nang, Mang, Sing, Wang, Yang.

Kemudian Ber-Yoga-lah dalam Panca Yama-Niyama Brata

*Sad, dan kemudian hadir dari kuasa timira sebagai penguji, yaitu musuh diri dalam naungan sifat Sad Ripu kama lobha matsarya kroda mada moha…dari nafsu yang membelenggu, hadir kerakusan, timbul keiri-hatian pada yang lainnya, tiada mampu ia jadi penyebab kemarahan, kecanduan ia dan kebingungan melanda. Muncullah dalam laku sad atatayi – raja pisuna, wisadha, atharwik, sastraghna, dratikrama, agnida. Ini adalah sumber ujian pada adharma laku keburukan pada kehidupan.

*Sapta, jua kemudian itu semua akibat sapta timira yang membelenggu kulina-guna-sura–surupa-dana- yowana- kasuran karena keturunan ia lupa, sebab kepandaian ia merendahkan, seringnya ia takjub pada kemabukan, memelihara wajah serta tubuh saja dan melupakan kebijaksanaan. Kemudian karena harta melupai kewajiban atau keluarga, usia pun terlupai selalu merengkuh pada duniawi, dan memuja pula kekuatan, kekerasan.

Dunia membuat mereka turun pada asuhan sapta patala, lalu tanpa dharma ia tak mampu mencapai sapta loka. Tujuh dunia atas bhur bwah swah jana maha tapa sunya loka atau atala sutala witala tala-tala rasatala mahatala patala. Ini yang tersirnakan ketika sang diri mampu menciptakan suatu Dharma Hyang Agung

*Asta : memerlukan sifati dewata sang diri untuk mencapaiNya. Surya-Chandra-Agni-Baruna- Bayu-Indra-Kubera-Yama Brata. Bersinar seperti matahari namun tetap lembut dalam sifati sang bulan, membakar semua adharma dengan api, melarung itu ke laut, menyebarkan berita baik dengan bantuan angin, berkuasa pada indriya dan swadharma, mampu mengkondisikan materialitas dengan tekun, serta selalu adil mulai dari pikiran. Kekuatan dharma dalam menaklukkan adharma

Menapaki keesaan Hyang Kuasa pada Asta Aiswarya – Prapti Prakamnya Anima Mahima Laghima Isitwa Wasitwa Yatrakmswasayitwa.

*Sangha Dewata Ning Maha Sidhi Shanti Pujamkha. Ishwara Dewam-Brahma pujam- Mahadewanta Jenar- Waisnawa Ang Namaha- Shiwa Sidhanta ning Sunya- Maheswara Rudra Sangkara Baruna ika Nang Mang Sing Wang Yang Aksara.

*Dasa wijaksara Sawidji Wasa

“Nihan Tattwa Wisesa, Dasha Aksara dadyakna
Panca Brahma, kang Panca Brahma dadyakna Tri
Aksara. Dadyakna Rwa Bhineddha. Dadyakna Sang
Hyang Eka Aksara Wishesa. Kayeki aksaranya,
ONGkara. Iki ngaranya Cucupu Mas, Atma, Sihiwa,
ngaran”

”Hyang Tastra ring Sapta ning Prana Kosha, Bang ih Ida Hyang Brahma Muladhara ika, Tedun Hyang Rudra Mang Namaha ring Swadisthana ika, Singgih Hyang Mahadewa metu saking Manipura ika, Hyang Iswara Dewam Pujam Boddhi Soghatam Tastra Sang Weruh Ring Anahatam, Waisnawa Wisudha Putram Dewam Pujam Awitram Tastram Ang Namaha, Ajna Iku Wariha Ida Hyang Tri Netram Ing-Yang Namaha Shiwa Sidhanta Bodhi Ya Namah, Sunya Satyam Lokham Sahasraham Darsanam Dharmika Pujam, Dumogi Sirna Dukka Lara Rogha Sangsaya”.

3. Ruang Rampung

Dapat dikatakan pemaknaan, pemahaman, pengaplikasian dari sumber-sumber pembelajaran leluhur, sepertinya memberikan suatu kemudahan untuk ranah kehidupan. Hirarki itu seperti eka,dwi, tri, catur, atau panca dan seterusnya, secara spesifik umum berada pada ranah kebijaksanaan dharma. Hal ini lah yang bisa sebetulnya memberikan kemudahan ke depan dari unsur penyebaran tattwa ning swadarma ika. Sangat berbeda dari unsur keyakinan yang mungkin berbeda. Ini bisa dikatakan sebagai sebuah keunggulan dalam penyebaran pemahaman sang dharma.

Dalam pengaplikasian terutama kepada ruang kesusilaan, teruraikan keberpahaman itu pada diri dengan cukup mudah tentunya. Hal ini sepertinya berasal dari perulangan serta afirmatif pada kesadaran atau alam bawah sadar sang dharma. Tersadari atau tidak semakin sering mendapatkan asupan-asupan hirarki leksikon, membuat bisa mengetahui itu sedemikian rupa. Sesuatu yang diketahui akan masuk pada ruang memahami, dan kemudian melaksanakannya. Ketika melaksanakannya dengan baik, maka akan bisa membuat kedharmaan menjadi nyata, serta mengalahkan sang adharma.

Sebuah pencahayaan pada jiwa dan mental kita untuk dapat mengalahkan adharma yang bukan cuma simbolisme semata. Simbol yang dirayakan enam bulan sekali, dan seyogyanya bisa terceritakan seterusnya setelah itu. Sarana untuk mencari buah karma terbaik, pembahasaan jiwa tersejuk, pembahagiaan raga yang khusyuk, ketekunan pada paramita nirkala tan hana lokha anapratista sunya ning puja wijnana ananda koshas.

Ini menuju pada kemenangan bahwa kebahagiaan ananda koshas, terberikan pada mereka yang melaksanakan berbagai yadnya dalam jnana, karma, bhakti, rahjam ring samastha lokam. Semoga selalu kita menang dalam berbagai peperangan melawan adharma.

Selamat Hari Raya Galungan Dan Kuningan 2025

Anggara Wage Pasah Dungulan Sasih Kalima Saka 1947

Gus Lingga Kalvatar Bali


Eksplorasi konten lain dari Kalvatar Tastra Aksara (DharmaNya Tanpa Batas)

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Pengelola Web Kalvatar Tastra Aksara

Ida Bagus Lingga Wardana, S.E, M.Sos., CH.,CHt., CFHPSy

Lulusan Pasca Sarjana S2 ilmu Agama dan Kebudayaan Unhi, saat ini sedang mengemban pendidikan S3 untuk Ilmu Agama dan Kebudayaan di Unhi

Merupakan Founder dari Penerbit Kalvatar Tastra Aksara, Penerbit buku-buku religi dan spiritualitas.

Serta membuka Konsultasi Psikologi Tarot Reading Kanda Pat Suksma Kalvatar Bali. Dengan Nomor Ijin Praktek,

STPT 570/STPT/0022/IX/DPM-PMTSP 2023

Alamat Jalan Tukad Balian 70x Sidakarya (Sebelah Kedai Magisa)

Kalvatar Tastra Aksara

Jl. Tukad Yeh Aya ruko No.70x blok A2, Panjer, Kec. Denpasar Bar., Kota Denpasar, Bali 80224

https://maps.app.goo.gl/GBnJXoDBh7UMLBRs6

Related posts

<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9735786260076542"
     crossorigin="anonymous"></script>
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-9735786260076542"
     crossorigin="anonymous"></script>

Eksplorasi konten lain dari Kalvatar Tastra Aksara (DharmaNya Tanpa Batas)

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca