Sebagaimana ditilik dari kata himsa, yaitu pembunuhan atau kekerasan…maka ahimsa adalah ajaran yang menyatakan bahwa tanpa kekerasan dalam menghadapi berbagai kehidupan..
jika dilihat dari unsur karma phala..maka suatu pembunuhan, terutama yang terjadi kepada umat manusia adalah akan mengalami karma yang besar pula dalam menjalani kehidupan nantinya…
punarbahwam yang membawamu menjadi kan dirimu akan menjadi cacing-cacing dalam penjelmaanmu selanjutnya…
haah seperti suatu karmaphala terhadap segala yang telah mereka perbuat terhadap negeri ini…
Ahimsa adalah menunjukkan bahwa dunia tidak memerlukan suatu kekerasan dalam menjalani berbagai segala tujuannya…apakah benar kekerasan itu sangat perlu…
bagaimana jika dunia adalah suatu tempat yang penuh dengan kebajikan dan rasa solidaritas yang tinggi..apakah bisa tercapaikan surga di dunia tanpa harus menuju ke surga di atas sana…
sebagaimana terdapat orang-orang yang mengajarkan kekerasan dalam mencapai surga…sebenar-benarnya telah memupuk karma bagi diri mereka sendiri…seperti yang diketahui juga Tuhan sebagai yang maha adil dalam segala ciptaannya..bisa terlihat pada sloka ini..:
- samo ‘haṁ sarva-bhūteṣu na me dveṣyo ‘sti na priyah
- ye bhajanti tu māṁ bhaktyā mayi te teṣu cāpy aham
(Bhagavad Gītā, IX. 29)
Arti:
- Aku tidak pernah iri dan selalu bersikap adil terhadap semua makhluk.
- Bagi-Ku tidak ada yang paling Ku-benci dan tidak ada yang paling Aku kasihi.
- Tetapi yang berbakti kepada-Ku, dia berada pada-Ku dan Aku bersamanya pula
ia maha adil…dan seadil-adilnya ia akan membawa dirimu yang telah terbengkalai oleh kekerasanmu menuju karmamu tersendiri..
Berhati-hatilah, mungkin itu hanyalah sebuah perangkap. Seperti surga yang menjadi perangkap akhir menuju Tuhan, dan Tuhan yang menjadi perangkap akhir menuju kebebasan.
Ahimsa hanya menciptakan rwa bhineda, dualitas kehidupan, selama ia tak pernah utuh. Selama ia sebuah konsep, maka selamanya ia terbatas. Dualitas selalu menghasilkan pertentangan dan gesekan bahkan dalam bentuk yang paling halus, di sanalah lahir kekerasan, maka di sanalah si pemuja ahimsa akan menjadi himsa seketika itu juga.
SukaSuka
ahimsa adalah suatu gerakan tanpa melakukan kekerasan..disini diharapkan bukan saja menjadi sebuah konsep..dan benarlah ia merupakan sebuah perlawanan pula terhadap konsep kekerasan itu sendiri…selama hidup pastinya ada sebuah perbedaan yang mengakibatkan rwa bineda itu sendiri…dan satu yang pasti..berpikirlah secara segitiga..bahwa pembebasan itu ada di segitiga teratas, dimana segitiga bawah ada konsep rwa bineda itu sendiri…mana pun yang kita cari atau jalani, mencapai suatu hal itu sendiri asal dibarengi dengan idealisme sebagai pemenuhan atas segitiga tersebut..
SukaSuka
Di sini kemudian muncul idealisme, sesuatu yang kita cari, sesuatu yang kita harapkan. Di manakah idealisme ini terletak?
Batin manusia mungkin sangat unik dan kreatif, ia mampu mengadopsi berbagai hal. Konsep dualitas, konsep tanpa kekerasan, serta idealisme yang menyertainya. Di mana semua itu ada (tidak merujuk dari mana asalnya), jika melihat seksama semua itu hadir di dalam pikiran manusia.
Ia beralih kemudian, melihat dan berkata, “ini adalah himsa.” atau “inilah ahimsa”, kemudian menjadi “saya tidak suka himsa”. Ah…, tiba-tiba pikiran menjadi sesuatu yang bisa membenci karena ia mengikuti gerak yang ditanamkan idealisme tanpa kekerasan itu sendiri.
Itulah yang hendak saya ungkapkan. Konsep (pun idealisme adalah konsep jua adanya) maka akankah ia membuat kita menyentuh sesuatu di luar dirinya. Konsep dan idealisme selalu terbatas. Pembatasan ini tidak akan membebaskan kita, karena dengan membatasi lahirnya dualisme, ada batas, ada antara, seperti antara aku dan kamu, antara kami dan kalian.
Ahimsa mungkin tidak melahirkan dualitas karena ia hanya sebuah nama, namun konsep ahimsa yang telah diadopsi oleh batin-batin yang selama ini selalu terbatas berpotensi melahirkan dualitas.
SukaSuka
memang dualitas akan tercipta…mungkin benar tanpa disadari bahwa ahimsa kan mengarah pada himsa pula…
namun konsep ahimsa adalah konsep yang menunjukkan bahwa ada jalan lain selain jalan kekerasan…
tulisan ini dibuat pada saat agama mengarah pada suatu kekerasan tersendiri…jadi petikan ini mengusulkan bahwa bukan kekerasan jalan dalam menelaah apa arti agama….
karena kemanusiaan yang menjadi moral penting dari agama harus diperhatikan…
SukaSuka