Kita terbelenggu dan kita tidak tahu telah kehilangan jati diri sebagai manusia indonesia. Manusia yg terjebak pada sikap hedonis, individual, dan suka menyelamatkan diri sendiri, tidak berkeinginan untuk berkorban. Bahkan suka mencemooh yg sbenarnya bersahaja, sebagai sifat dan idealnya manusia asli negeri ini.
Kita malah terlihat sbagai pahlawan moral yg penerapannya jauh dari moral itu sendiri. Kita bangga, tapi kita lupa pada siapa seharusnya kita. Intervensi asing jelas sudah masuk dengan secara langsung atau tidak langsung disadari atau tidak. Apakah salah dari seorang pemimpin, atau keseluruhannya?? Yang pasti kebebasan liberalis yg kebablasan merupakan wajah kita semua. Yang kuat yg menang, yg tidak kuat ya ga layak hidup. Begitukah.
Sebentar lagi ada ajang untuk mncari tampuk pemimpin, memilih yg tepat, atau melanjutkan pembodohan ini? Wakil wakil rakyat itu apa berguna, atau apa memang ga ada gunanya??Siapa yg mereka wakilkan. Pribadi golongan atau sekelompok kecil manusia, yg pasti bukan rakyat banyak faktanya.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
(1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
Hak dan kewajiban yang sama. Seperti juga benar, namun harusnya korupsi sampai ke kalangan bawah sampainya. Dan dengan pula berebutan seperti bantuan langsung dan bagi bagi sembako. Jika ada yang meninggal itu resiko, nah yang memberikan kan tidak punya kewajiban atas nyawa yang lenyap. Yang penting hak sudah diberikan, beres. Yang pasti pajak yg dikumpulkan sudah semestinya jadi jalan raya. Kalau tidak ada jalan raya ya jalam pribadi yg berhak boleh.
(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
Kehendak apa yang dipaksakan, semua iklas ,menjalani kenaikan bbm, menjalani kenaikan harga sembako, menjalani kenaikan lpg. Toh memaksaka kehendak pada pemerintah pula tidak layak. Mau apa yang dipaksakan, cuma menunggu tanggul yg semakin tinggi meninggi dan rumah yg telah lenyap. Ah iklas kok. Mending memikirkan sepak bola indonesia dgan paling dulu angkat tangan sebagai pencetus pembaharu kemenangan.
(3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.
(6) Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
Musyawarah sudah dilupaken. Demokrasi model liberal barat yang sedang naik daun. Biaya tingga dan akan dikembalikan pda saat terpilih adalah bagian dari mekanisme masuk kantong,BEP, kembali modal. Politik pedagang. Kapan untuk merealisasikan ucapan? Itu nanti setelah dipilih kembali. Jadi semua yang dilantik itu lebih setia sumpahnya pada “pocong” daripada hyang kuasa saat sumpah jabatan dulu. Eh beneran sudah sumpah??
(7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Kepentingan bersama,..bersama teman satu partai, bersama teman satu keyakinan, bersama teman sama satu kampung,…kepentingan indonesia ya setelah yang akhir di nomer paling belakang.
(8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
Hati nurani yang luhur itu adalah sebanyak berapa amplop yg diperlukan saat ini, dihitung sesuai dgan jumlah penyumbang terbanyak. Dan hubungan nurani sudah luntur dari tidak berlakunya sumpah kepada (siapa ya tadi)..akal sehat saat ini ya tidak ada, mngkin disesuaikan dengan slogan amerika yg tepat. “IN GREED WE TRUST”
(9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
Ini butir terpenting dari semua. Moralitas yang tidak sesuai dengan hati nurani tuhan, hanya akan menghancurkan. Menghancurkan harkat dan martabat manusia. Jika hancur, bagaimana cara mempertanggung jawabkan kepada hyang kuasa.?. Jelas pula kebenaran dan keadilan tidak ada. Bagaimana mau melindungi bangsa dan warganya. Karena jika tidak bisa trlindungi dan hak dirampas, ya menunggu bubar NKRI ini. Mau tau kapan itu?
(10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan
Ini butir tidak usah dibahas. Mending saya percaya pada anjing saya bahwa bisa menjaga rumah dengan baik, percaya sama sapi saya nanti hari raya bisa disembelih. Tapi saya masih percaya tuhan, kalau suatu saat nanti manusia akan bisa dipercaya di atas tampuk pimpinan sana..
Gwar….jan 2014
Dalam wadah apapun, kebenaran bisa di tempatkan di manapun.
.
Salam.
SukaDisukai oleh 1 orang
Yaps betul sekali
SukaSuka