Penciptaan Alam Semesta (Siwagama)..

Om swastyastu..

Om awighnam astu namo sidham..Siwa Suchi Nirmala Ya Namo Namah Swaha..Ksama Sampurna Ya Namah..

Salam dharma semeton semuanya,

Penciptaan semesta adalah suatu awal dari seluruhNya. Tanpa itu, tidak akan ada namanya semua ini. Dari yang terkecil sampai terbesar. Dari semesta raya yang luas tak terhingga (seperti juga IA), sampai dunia atom yang sangat kecil adanya. Seperti angka yang tak berhingga, dalam nilai positif, negatif, atau dalam koma.

Semua itu berawal dengan suatu kehendak agar semua ini ada. Kehendak dari sesuatuNya yang acintya tidak terpikirkan, maka diberilah IA suatu nama atau simbolisme, sehingga paling tidak kita mampu sedikit saja untuk mengetahui, dan dengan itu pula kita bisa mendapatkan jalan pembebasan dari belenggu karma kehidupan. Kelak nanti semoga Sang Dharma menuntun kita, anak-anakNya ke pada Sangkan Paraning Dumadi.

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

Siwagama dikatakan digubah oleh (sugra titiang) Ida Pedanda Made Sidemen yang melegenda dalam kisah hidupnya. Siwagama adalah suatu karya sastra yang berbentuk “tutur”, yang mengandung kearifan tinggi dan termasuk muda (1938) tetapi sangat dalam dan bernilai tinggi. Dari penciptaan, menuju susila, dan kisah agung dari itihasa, serta konsep Shiva Buddha. Begitu kecil diri ketika membaca lontar Siwagama ini.

Dan begitu pula tentang konsep penciptaan semesta, di mana disebutkan tentang Nirguna Brahman, Saguna Brahman dalam sloka lain, maka Nama Hyang Widhi disebutkan Sang Hyang Adisukma yang disebut ‘Adi’ sebagai yang utama, dan Sukma berarti tak nyata, sebagai Sang Hyang Widhi.

Pada penciptaan semesta raya, maka disebutkan sebagai berikut pada lontar Siwagama. Dimana disebutkan ada tujuh yoga (seperti di konsep keyakinan lain yang mengungkapkan Tuhan menciptakan semesta tujuh hari)

Sloka Siwagama..

Evam taya swanah wahyu, naca buddhih anirdisyam, deva vidhi phalam tyaktra, wasat mucyate…

Punah kathantaro divyam, arvi yum sunyatilam jitva, yah karotih bhumya tesam, atma tattwatma misritam.

1. Waluyakna pwa sira Sang Hyang Adisuksma, kadi angapa polahira, mahyun ta sira manrsti bhuwana, ndan hana hyang-hyang ning jnanira, prathama ning yoganura : ekaksana, ngaran, mijil tekang windu ameteng, meleng meleng, tan parupa tan pawarna, donira sinanggah Sang Hyang Meleng, ling sang kawi, ingaranan Sang Hyang Mancongol de sang yogiswara, wewelan pamuji ning wwang mudha.

ArtiNya : Kembali pada Sang Hyang AdiSuksma, entah bagaimana prihalnya, Beliau menciptakan dunia. Demikian dewa muncul dari batin Beliau, pada Yoga Beliau yang pertama, dinamakan ekaksana. Lahirlah windu yang mengandung cahaya gemerlapan, tanpa rupa tanpa warna. Itu sebabnya Beliau disebut Sang Hyang Meleng oleh para pujangga, disebut Sang Hyang Mancongol oleh Para Yogi Agung, dan dinamakan Wewelan oleh orang awam.

2. Rwangksana, ngaran, mijil tang atmatattwa, mwang mayatattwa, inaran pradhana purusha de sang kawi, atma tattwatma wuwusira sang yogiswara, sinanggah rana rena de nikang wwang.

ArtiNya: Yang kedua Sang Hyang Adisuksma dinamakan rwangksana, muncullah Atmatattwa dan Mayatattwa, yang disebut Purusha Pradana oleh pujangga, dinamakan Atmatattwatma oleh para Yogi Agung, atau disebutb rama-rena oleh orang kebanyakan.

3. Kaping tiga ning yoganira Sang Hyang Adisukma : Tigangksana ngaran , mijil Tri purusha bayu sabda idep, Tri purusa, Tri antahkarana, Tri Guna Tattwa, nguniweh Sang Hyang Tri Windu, sang wiwuwus sekala, niskala, sunyata, mijil sang karimaya Sang Hyang Dapurtiga, mwang surya chandra lintang tranggana, pada sumuruping pradanatattwa, manah juga mangat kadi rare munggu ring jro weteng, kendeng pawarahira sang kawiwara, mahawindu kawasita de Sang Yogiswara, sandyawela pawuji ning wwang mudha.

ArtiNya: Pada yoga ketiga Sang Hyang Adisukma, yang disebut tigaksana,muncullah Sang Hyang Tripramana, bayu sabda idep, Tri Purusha, Triyantah Karana, Tri Guna Tattwa yang dinamakan Sakala-Niskala-Sunyata yang muncul dari bayangan Sang Hyang Dapurtiga. Demikian pula matahari, bulan ,bintang, dan galaksi, pada menyusup ke Pradana tattwa. Pikiran pun sadar seperti bagaikan bayi dalam kandungan. Itu disebut Kendeng oleh Para pujangga, Mahawindu oleh Yogi yang agung, dan Sandyawela oleh orang awam.

4. Kaping pating yoganira Sang Hyang Adisuksma : patang ksana, ngaran, mijil Sang Hyang Catursuksma, lawan tang catur Bhuta, lor, kidul, wetan, kulon, grha sinanggah de sang kawi, terenggana wuwusing sang yogiswara, samar pangaraning wwang mudha.

ArtiNya : Pada yoga keempat, Sang Hyang Adisuksma, yang disebut patangksana, muncullag Sang Hyang Catursuksma dan CaturButha, utara selatan timur barat, yang disebut Graha oleh para pujangga atau disebut Taranggana oleh Para Yogi Agung, dan disebut Samar oleh orang awam.

5. Kaping limana yoganira Sang Hyang Adisuksma, limang ksana, ngaran, mijil tang panca tan matra, panca maha butha, mwang panca wibhuti, peteng kadi sinahabing jambangan, andhakara sianggah de sang kawiwara, yoganira pamuji sang yogiswara, panupnan de nikang wwang.

ArtiNya : Pada yoga kelima dinamakan limangksana, maka muncullah Panca Tan Matra, Panca Maha Butha, Panca Wibhuta, gelap bagaikan ditutupi wajan besar. Hal itu dinamakan Andakara oleh pujangga agung, Yoganira oleh para Yogi agung, atau dinamakan Panupenan oleh orang awam.

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

6. Kaping nem Yoganira : nem Ksana, ngaran, kinempelira Sang Hyang Dapurtiga, mijil tang bhuanarnawa, malunglungan kumlab kumendeng, mawangkawa, gana-gana panganira sang kawi, tan pahingan gongya, mwang Ibani pindanya, tadhakaranya, lwir maya ning antiga, donya sinanggah andabhuwana, lawan yoga sthiti caksusan wuwusnira sang yogiswara, kabyudayan pangaraning wwang mudha.

ArtiNya : Pada yoga ke enam, dinamakan nemksana, dengan disumbatnya Sanghyang Dapurtiga, maka muncullah bumi, dan lautan, menjulur, berombak-ombak, merentang seperti pelangi. Hal itu dinamakan Gana-Gana oleh para pujangga, tak terhingga besarnya, dan juga lebarnya, rupanya bagaikan bayangan telor. Karena itu disebut Andabhuwana (Telor dunia) atau disebut yoga sthiti caksusan oleh para yogi agung, dinamakan kabyudayan oleh para awam.

7. Kaping pituning yoganira Sang Hyang Adisuksma, : pitung ksana, ngaran, i patemwaning panca tan matra lawan panca mahabutha, matemahan pancendriya, mmwang karmendriya, mijil tang janma manusa, tumitang triyak, pasu, paksi, mina mrga, mwang sthawara lata gulma, twaksarah, sarwabtrna, sarpa janggama, sakumangkang, sakumingking, mambekan muni, prta prtak laksananya, bheda-bheda rupa warnanya sowang-sowang, bhuwana alit sinanggahnde sang kawiwara, sariea guhya winuwus de sang yogiswara, paramanuh ling nikang wwang waneh.

Artinya : Pada Yoga ketujuh Sang Hyang Adisuksma, yang dinamakan pitungksana, adalah pada saat pertemuan antara Pancatanmatra, dan Panca Maha Butha menjadi Pancendriya dan Panca Karmendriya. Lahirlah manusia, diikuti hewan ternak piaraan, burung, ikan, binatang liar, tumbuh2an, tumbuhan melata, semak belukar, rotan, rumput-rumputan, bunga, parasit, segala mahluk yang berperasaan, bertingkah laku, bersuara, dan mahluk jahat. Masing-masing rupa berbeda-beda, dan dinamakan bhuana alit oleh para pujangga, disebut sarirayuhva oleh para yogi agung, atau disebut paramanuh oleh orang awam..

Lingga pujam

Begitulah yang tersebutkan pada Siwagama sebagai karya dari Ida Pedanda Sidemen. Mengenai konsepsi atas suatu Jnana tentang berbagainya yg berhubungan dengan Brahma Widya, serta Tattwa tentang semesta raya, dan PenciptaNya.

Secara ringkas mengenai penciptaan Semesta yang terdiri dari tujuh yoga,yang sebetulnya terus mengalami proses-proses tertentu.

Yoga pertama adalah IA berkehendak kemudian terciptalah Windu yang sangat terang. Yang kedua maka lahirlah Atmatattwa dan Mayatattwa atau Purusha Pradana. Yang Ketiga lahirlah Tri Purusha, Triguna Tattwa, Tri Pramana.

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

Yang Keempat adalah terciptaNya Catur Suksma dan Catur Bhuta di berbagai arah. Yang Kelima muncul Panca MahaButha dan Panca Tan Matra. Yang Keenam yogaNya me ciptakan semesta raya bumi, lautan, ombak, dari Andabhuwana (Telur Semesta). Dan yang terakhir ke tujuh adalah hadir mahluk hidup yang mendiami semesta itu..

Begitulah yang disebutkan suatu penciptaan semesta oleh Ida Hyang AdiSuksma (sebagai salah satu gelar Nama Tuhan semesta). Sebagaimana tujuh adalah angka yang digunakan secara universal untuk penciptaan semesta. Dan semoga ini bermafaat adanya.

Rahayu…

Guswar…

Februari 2021

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.