Tidak bisa lepas kita dari keberadaan ideologi falsafah bangsa Pancasila. Falsafah itu artinya suatu konsep filsafat yang mendarah daging, menjadi bagian dalam jiwa seluruh manusia Indonesia. Pada dasarnya ini sangat ideal sekali sebagai struktur jiwa bangsa Indonesia. Struktur yang sepertinya bisa terbagi menjadi lima bagian, sebagai mana yang disodorkan para leluhur bangsa dahulu kala. PeriKetuhanan, Perikemanusiaan, Persatuan nasionalisme, Gotong royong kebersamaan musyawarah kemufakatan, dan perikeadilan sosial.
Ketika menyatakan konsep jiwa, maka dapat dianalogikan bahwa bangsa indonesia memiliki struktur alam bawah sadar dan kesadarannya sendiri, begitu pula di ranah alam bawah sadar kolektifnya. Ini mungkin agak liar dan seperti asal mengutip suatu bahasa psike dari C.Jung tentang kebersadaran jiwa dari suatu manusia. Namun ketika tersadari bahwa bangsa Indonesia dinyatakan memiliki struktur jiwa, dengan kelima falsafah itu, dan sel2 tubuh pembentuk sang jiwa adalah karakter dari sel2 itu sendiri. Manusia bangsa indonesia yang bersatu membentuk Indonesia dengan falsafah kelima sila itu.
Saat ini bisa dikatakan Indonesia sedang berduka, dan dapat dikatakan mentalitasnya perlu sekali dibenahi. Ada suatu sisi sang tubuh itu terlalu melakukan kegiatan-kegiatan yang mengakibatkan penurunan kesehatan psikenya. Segala permasalahan sekarang bertumpuk menjadi satu, dan menjadi amukan massa akibat permasalahan yang sudah terakumulasi dari dulu kala. Di mana tidak ada suatu pembenahan berarti atas berbagai permasalahan yang cenderung ada. Akan tetapi sejarah mungkin memberikan keberpahaman Indonesia telah menunjukkan kekuatannya dari permasalahan yang ada. Mari kita simak.
Gangguan utama karena kesalahan pengamalan sila pertama.
Edisi Terjajah Episode Pertama…(-_-!I ~[m]..
Ini dulu telah terjadi, namun indonesia dengan baik sepertinya telah menyelesaikannya. Tidak akan kita lupa bahwa ada aksi terorisme atas nama agama, yang membuat luka menganga, dan arahan demo besar-besaran yang mencoba menggulingkan dengan nama agama, sekaligus yang menggunakan itu sebagai panggung politik. Jangan dilupakan pemimpin negara bisa hadir dengan baik, dan ketenangan itu bisa jadi salah satu yang menciptakan pembangunan lancar dari aceh sampai papua.
Kemudian dapat diungkap tentang kegelisahan dari kondisi berperikemanusiaan dan celah-celah memecah persatuan bangsa. Kebiadaban atas nama agama telah mereda, dan semoga ke depan bisa dijaga untuk menguatkan toleransi antar agama, atau bagaimana suku bangsa ras terpecah akibat hasutan-hasutan yang tidak jelas.
Edisi Terjajah Episode Kedua (-_-!! (m)..LAwann!!!
Edisi Terjajah Episode Ketiga (-_- i! …(m) LAWAN !!!
Semua itu pun sekarang diuji kembali oleh yang disebut kebodohan warga terhormat yang terpilih setiap lima tahun. Dan mereka dari dahulu kala, telah memiliki begitu banyak dosa dan bisa jadi ini bagian dari karma mereka yang menyebabkan chaos di berbagai tempat di Indonesia.
Ini tulisan di tahun 2014, mungkin sudah lama amarah itu menguak, namun untungya masih ada perkembangan pembangunan di Indonesia, dan beberapa keberhasilan mendewasakan, mengaplikasian butir-butir jiwa sakral itu. Dan kembali ini diuji, apakah mampu Indonesia mendapatkan tonggak sejarah baru untuk menciptakan tatanan diri yang baru sesuai dengan aktualisasi jiwanya?
Edisi Terjajah Episode keempat (-_-”!)-(m)Lawan..
Dan ini semuanya harus diperhatikan bahwa dacin timbangan manusia indonesia adalah tentang keseimbangan batin dalam struktur jiwa yang bernama keadilan sosial. Ideologi ini pun sangat unik dan menjadi pembeda dari yang lain, di ruang begitu besarnya ideologi kapital atau mungkin sosialis yang (katanya) telah tumbang. Namun hantu marxis bisa jadi selalu hadir, bukan sebagai hantu tapi sebagai karma-karma yang hadir menyapa pada sesiapa yang melupakan falsafah bangsanya.
Kemudian menjadi bahasa ideologi bahwa kesejahteraan yang harus merata, ketika tidak- jangan harap akan mendapatkan kelayakan hidup bagi yang tidak memahami tentang yang adil secara sosial. Pancasila adalah kesakralan dari Ketuhanan bahwa memercayai Tuhan adalah hal yang wajib di bumi indonesia, dan tetap menjadi manusia yang berkemanusiaan, tidak melupakan kemanusiaannya sbagai struktur jiwa selanjutnya. Memercayai bahwa perikebersatuan dan nasionalisme adalah yang menjaga jiwa bangsa ini selalu hadir dengan sebaik-baiknya. Kemudian demokrasi yang saat ini pun sepertinya sedang dikoyak-koyak oleh para cecunguk yang belum tersadarkan. Dan ini karena mereka melupakan sama sekali tentang kekuatan dari perikeadilan sosial. Rakyat dari kelas apa pun, rakyat dari wilayah dan kaum yang selalu bekerja keras dengan jujur tulus dan sebaik-baiknya, dianggap sebagai orang-orang yang tidak dianggap.
Guru di pelosok dengan gaji yang seadanya, dibandingkan dengan para DPR yang memiliki begitu banyak mobil mewah, atau jam mahal bernilai satu miliar lebih, tas mahal, yang isinya hanya cukup untuk dompet dan atm2 dengan jumlah yang ketika sang guru itu melakukan tugasnya seumur hidup pun, belum tentu menyamai. Itu baru guru, bagaimana dengan yang lainnya? Para pengantar anak, dan makanan, yang membuat rasa nyaman orang tua, kemudian membuat perut kita kenyang, sekaligus diantarkan ke seluruh wilayah dengan begitu banyak cerita dan curhatan masing2. Bisa jadi sebuah ruang sosial yang paling tidak membuat lega bahwa ada telinga yang mendengar, dan ada mulut yang mengucap simpati serta empati.
Dan di pasar, bangun pagi dengan penuh semangat menghantarkan sayuran, buah-buahan, atau sekedar nongkrong di toko serba ada kemudian membeli sekedar minuman, rokok dan kebutuhan sehari-hari. Atau di daerah luar di mana para penjaga keamanan selalu hadir dan memberikan ruang empati dengan masyarakat sekitar. Seorang anak memberikan barter umbi-umbian hasil kebun dengan nasi, beras dan lainnya yang dimiliki. Seperti juga saat ini dimana para penjaga keamanan yang sedang mempertaruhkan nyawanya, serta rakyat yang telah juga kehilangan nyawanya.
Apakah yang terlupakan di sini? Apakah terlupakan bahwa kehidupan sang jiwa bukanlah dalam ranah kenikmatan sang tubuh saja? Apakah empati dan simpati penerimaan dari telinga yang penuh ketulusan, kemudian curhat santai dengan mulut penuh kepercayaan, sudah memudar? Sepertinya itu masih ada, ketika tidak ada rasa jumawa yangmendangkalkan sebuah ketulusan untuk menjalani kehidupan apa adanya,di ruang sakral keadilan sosial itu. Iya di tempat yang telah terlaksanakan dengan serta merta. Dan dihancurkan oleh kebebalan yang sungguh bebal.
Mari kita simak yang mungkin terlewatkan pada mereka membawa struktur jiwa sila keempat dan kehilangan mentalitas mereka.
V. SILA KELIMA : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
Td 12 butir:
1.Mengembangkan perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
Saya rasa di kedua butir ini pengaplikasiannya sudah hadir pada susunan rakyat keseharian, sebelum suatu pemantik itu terjadi.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
Tidak perlu diragukan pengaplikasian butir2 ini, mengetahui hak saja yang diperlihatkan.Kewajiban??? Apakah tidur dan tuli?
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah.
Butir ketujuh dan kedelapan inilah yang paling mungkin dibenci saat ini dari sikap2 mereka. Bagaimana mungkin tunjangan mereka dan nasib para guru serta kawan-kawan yang telah melaksanakan kerjanya dengan dengan baik, menjadi sangat berbeda.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Semoga semuanya baik-baik saja ke depan. Stay safe kawan-kawan, semoga kita selalu diberikan kekuatan Tuhan dan semesta, untuk tetap menjaga kewarasan dan keberadaban kita.
…Sang sabdapalwan nagih janji, ati-ati ning diri, urip iki sawidji, urip iki wit sang gusti, hyang samastha ngemong gumi ing pratiwi, sira sang wisesa guru tan eling ring asta brata, lebur dening pangastuti, matemu ring dukka, lara, rogha, sangsaya, kapastu wiwitan…
Mengutip pula dari sarasamuscya
SLOKA 149
Yapwan mangke kraman ikang wwang, angalap māsning mamās, makapanghada kaṣaktinya, kwehning hambanya, tātan mās nika juga inalap nika, apa pwa dharma, artha, kāma, nika milu kālap denika
ye dhanānyapakarsanti narah svabalamāṣritāh, na hared dharmakāmaṁ ca pramuṣanti na saṁṣayah
Artinya :
Jika ada orang yang merampas kekayaan orang lain dengan berpegang kepada kekuatannya dan banyak pengikutnya, malahan bukan harga kekayaan hasil curiannya saja yang terampas darinya, tetapi juga dharma, artha dan kamanya itu turut terampas oleh karena perbuatannya.
Merampas merampok dan mencuri (korup) hak orang lain, dan menggunakan itu untuk diri sendiri dan pribadi, mungkin dan bisa jadi hukum karma menjadi nyata dan segala yang ia miliki akan lenyap.
Gus Lingga
Kalvatar Bali
Sabtu, 30 Agustus 2025
Ditulis saat Terjadi demo akibat beberapa anggota DPR, dan semoga Indonesia membaik..
Rahayu..



Tinggalkan komentar