Telaah Kalki Purana
Om Hyang Tinunggal Murti Ang-Ung-Mang Namaha, Brahma Waisnawa Shiwa Puja Samastha, Sirna Kertha ning Bumi Metu Sang Maha Kalika, Tan Hana Yadnya Madasar Ika Sattwika, Wijnana Lebur Dening Adharmika, Iku Manu Bhuta Tamasika Laksana, Kaliyuga kaliyugantha…

Situasi modern saat ini tentunya begita banyak gejolak-gejolak hidup yang bisa melupai pada hakikat sang diri. Diri yang sebetulnya mendapatkan julukan sebagai manusia yang berkemanusiaan, yang humanis, tentu berarti manusia yang mengenal dirinya sendiri. Sebagai manusia yang penuh keunggulan untuk menjadi pemelihara bumi (Uttpeti ning-alitan). Ketika disimak pada pemahaman tentang sang diri, masuk pula ruang ilmu psikologi. Seperti yang disebutkan oleh Maslow tentang psikologi humanistik yang menempatkan manusia sebagai mahluk yang penuh potensi. Potensi untuk menciptakan, menganalisa diri untuk mendapatkan aktualitasnya sebagai karakter yang unik.
Sebagaimana pula disebutkan oleh Carl Gustav Jung bahwa manusia kehilangan dirinya, tidak ditemukan, semakin jauh mengabur akibat gejolak dan godaan sisi modernitas saat ini. Sisi modernitas tentu mengarah pada berbagai kemudahan-kemudahan yang ada, namun juga meninggalkan sisi humanistik yang terlupakan. Hal ini pun telah menjadi sebuah gambaran kemunduran dari “dharma” atau kebajikan diri dari manusia. Terjebak pada balutan harta, nafsu, dan awidya ketidaktahuan pada kebenaran, dan keterlupaan pada etika, dan susila.
Ini sepertinya sejalan pada suatu bahasa divinitas dari sabda yang tercantum pada Kalki Purana.
Text 13
tarn srnudhvam maha bhagdh
samahta dhiyo’rusam
gate krsne svandayam
pradurbhuto yatha kahh
Artinya : Wahai para bijak yang sangat beruntung, dengarkanlah dengan saksama saat aku menjelaskan kepada kalian, bagaimana Kali muncul di dunia ini setelah Tuhan Krsna kembali ke Asal kediaman-Nya sendiri.
Text 14
pralayante jagatsrastdh
brahmd loka pitdmahah
sasarja ghoram mahnam
prsthadesdt svapatakam
Setelah pemusnahan, pencipta kedua alam semesta, Dewa
Brahma, kakek dari semua manusia, yang lahir di bunga teratai universal,
menciptakan Dosa yang dipersonifikasikan, berwajah hitam, dari punggungnya.
Text 15
sa cardharma iu khyatas
tasya vamsanu kirttanat
sravandt smaranal lokah
sarva pdpaih pramucyate
Nama dari dosa yang dipersonifikasikan adalah Adharma. Dengan sungguh-sungguh mendengarkan, melantunkan, dan mengingat keturunan Adharma, seseorang akan segera terbebas dari semua reaksi dosa.
Text 16
adharmasya priyd ramya
mithyd mdrjara locana
tasya putro’atejasvi
dambhah parama kopanah
Istri Adharma (Tidak berkeyakinan) bernama Mithya (Kebohongan).
Ia sangat cantik, dan memiliki mata seperti mata kucing. Mereka memiliki seorang putra bernama Dambha (Kesombongan), yang selalu sangat marah dan penuh energi.
Text 17
sa maydyam bhaginyantu
lobham pntranca kanyakam
nikrtim janaya masa
tayoh kodhah suto’bhavat
Dambha mempunyai seorang saudara perempuan bernama Maya, dan di dalam kandungannya, ia melahirkan seorang putra bernama Lobha (Keserakahan), dan seorang putri bernama Nikrti (Kelicikan). Lobha melahirkan seorang putra bernama Krodha (Kemarahan), di dalam kandungan Nikrti.
SRI KALKI PURANA
Text 18
sa himsayam bhaginyantu
janaya mdsa tarn kahm
vamahasta dhrtopastham
tailabhyaktanjana prabham
Himsa (Iri Hati) adalah saudara perempuan Krodha. Dari rahim Himsa, Krodha
melahirkan seorang putra bernama Kali. Kali selalu terlihat memegang alat kelaminnya di tangan kirinya. Kulitnya sangat hitam, seperti salep hitam yang telah
dicampur dengan minyak.
Text 19
kdkodaram karalasam
lolajihvam bhaydnakam
putigandham dyutamadya
stn suvarna krtasrayam
Perut Kali seperti perut burung gagak, wajahnya menakutkan untuk dilihat,
dan lidahnya merah dan tampak penuh keserakahan. Penampilannya
sangat menakutkan dan bau busuk keluar dari tubuhnya. Kali sangat gemar
bermain catur, minum anggur, menikmati pergaulan dengan pelacur, dan
bergaul dengan pedagang emas.
Texts 20-21
bhaginyantu duruktyam sa
bhayam putranca kanyakdm
mrtyum sa }anaydmdsa
tayosca nirayo’bhavat
ydtanaydm bhaginyantu
lebhe putrayutayutam
ittham kahkule }dta
vahavo dharma mndakdh
Saudari Kali adalah Durukti (Ucapan Kasar). Dari rahim Durukti,
Kali melahirkan seorang putra bernama Bhaya (Ketakutan), dan seorang putri bernama Mrtyu (Kematian). Bhaya melahirkan seorang putra bernama Niraya (Neraka) dari rahim Mrtyu, dan Niraya melahirkan sepuluh ribu putra di dalam rahim saudara perempuannya, Yatana (Rasa Sakit yang Berlebihan). Demikianlah saya telah menggambarkan keturunan Kali yang merusak, yang semuanya adalah penghujat prinsip-prinsip agama yang sejati.
A DESCRIPTION OF KALI-YUGA
Text 22
yajna adhyayanadi dana
veda tantra vinasakdh
adhi vyadhi jardglam
duhkhah soka bhayasrayah
Semua kerabat Kali ini adalah perusak pengorbanan, studi Weda, dan amal, karena mereka melanggar semua prinsip Weda tentang agama. Mereka adalah sumber penderitaan mental, penyakit, usia tua, penghancuran prinsip-prinsip agama, kesedihan, ratapan, dan ketakutan.
Sloka-sloka di atas merupakan sloka yang berasal dari Kalki Purana. Dapat tersimak bahwa Kaliyuga hadir akibat awalnya sebagai bagian jaman untuk disucikan menuju jaman Satya Yuga. Pembahasaan Satya Yuga artinya ada konsep Satya yaitu tentang janji dan kewajiban. Artinya adalah sesiapa yang mampu melaksanakan satya secara baik berdasarkan berbagai aturan-aturan suciNya, maka akan menuju pada pengenalan sang diri, menemukan arketipe hero dalam diri.
Kemudian pada sloka tersebut dijelaskan tentang bagaimana keluarga adharmika atau ketidakbenaran memiliki kuasa dalam ruang kaliyuga. Ketidak-benaran memiki istri atau pendamping yaitu kebohongan (mitya). Putranya pun ketika kedua itu melakukan persenggamaan penyatuan, maka akan menghasilkan putra bernama Dhamba yaitu kesombongan. Ketidakbenaran akan selalu hadir bersama kebohongan, dan keduanya itu mendapatkan hadiah berupa suatu kesombongan. Pada mitya sandingan yang tepat adalah Tan Satya yaitu tidak peduli pada kewajiban yang ada ber-Panca Satya.
Panca Satya terdiri dari lima Panca Satya
1.Satya wacana..yaitu setia pada kata kata..terutama kata2 yg berlandaskan dharma..berlandaskan kebenaran…dalam hal ini adalah sattwika wacika Guna..
2.Satya hredaya..jujur pada diri sendiri, yang berarti jujur mengakui bahwa diri adalah manusia yang sedang hidup dan belajar menuju laksana pembebasan itu sendiri..Dan mengetahui bahwa yg salah adalah salah dalam kedharmaan serta kewajiban..
3.Satya Laksana..Setia akan perbuatan yangg artinya setia dalam mempertanggung jawabkan apa yg telah dilaksanan, dan tidak lari dari tanggung jawab itu sendiri..
4.Satya mitra..Setia kepada kawan sahabat yg telah hadir membantu, menemani, dan memberikan pengaruh positif serta pembelajaran hidup..
5.Satya Semara..jujur terhadap janji, bahwa dalam berjanji akan sesuatu hendaknya dilaksanakan, dan pada akhrinya mnjadi sesuatu penghargaan bagi orang lain..
Selanjutnya dari geliat Mayawadi (gejolak maya) maka hadir Lobha (kerakusan) Nikrti(kelicikan), serta selalu dalam keadaan Krodha (kemarahan). Saudara dekat krodha adalah iri hati atau Himsa, yang memiliki putra Kali dan selalu memegang kelaminnya (berarti Ia selalu bernafsu dan terbelenggu kama). Ini sejalan dengan berbagai konsep Leksikon Hindu tentang kesusilaan seperti Sad Ripu. Sad Ripu tersirat jelas pada berbagai sloka di Sarasamuscaya.
Sarasamuscaya 96
Na catravah ksayam yanti yavajjivamapi ghnatah, krodham niyantum yo veda tasya dvesta na vidyate
Katuhwan, apan yadyapi wenanga ikang wwang ri musuhnya, ta kawadhan patyana satrunya, asing kakrodhanya, sadawani huripnya tah yang tutakena gelengnya tuwi, yaya juga tan hentya ni musuh nika, kuneng prasiddha ning tan pamusuh, sang wenang humrt krodhnira juga.
Artinya : Sebenarnya, meskipun orang itu selalu jaya terhadap seterunya, serta tak terbilang jumlah musuh yang dibunuhnya, asal yang dibencinya musnah, maka selama hidupnya pun, jika ia hanya menuruti kemarahan hatinya belaka, tentu saja tidak akan habis-habisnya musuhnya itu. Akan tetapi yang benar-benar tidak mempunyai musuh, adalah orang yang berhasil mengekang kemarahan hatinya.
Sarasamuscaya 267.
Jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasca prajnamahanti prajna hanta hasa sriyam.
Yadyapin kulaja ikang wwang, yan engine ring pradryabaharana, hilang kaprajnan ika dening kalobhanya, hilangning kaprajnanya, ya ta humilangken srinya, halep nya salwirning wibhawanya
Artinya : Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain; maka hilanglah kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu itulah yang menghilangkan kemuliaannya dan seluruh kemegahannya.
Sarasamuscaya 89
Sada samahitam citta naro bhutesu dharayet, nabhidhyayenne sphrayennabaddham cintayedasat
Nyanyeki kadeyakenaning wwang ikag buddhi masih ring sawaprani, yatika pagehankena, haywa ta humayamakam ikang wastu tan hana, wastu tan yukti kuneng, haywa ika inangenangen.
Artinya : Nah inilah yang hendaknya orang perbuat, perasaan hati cinta kasih kepada segala mahluk hendaklah tetap dikuatkan, janganlah menaruh dengki iri hati, janganlah menginginkan dan jangan merindukan sesuatu yang tidak ada, ataupun sesuatu yang tidak halal; janganlah hal itu dipikir-pikirkan.
Kemudian akhirnya dari Kali ia memiliki anak sebagai Bhaya (ketakutan ), Mrtyu (kematian). Serta melahirkan kemudian disebut anaknya yang Niraya dan Yatana yang berarti Neraka dan Rasa Sakit (mendatangkan penyakit), kesemuanya adalah yang menghancurkan sendi-sendi agama.
Rasa sakit dalam hal ini bisa dikatakan sebagai dukka lara rogha sangsaya dan akhirnya mencapai Mrtyu yang karena terbelenggu Kali (Rajas dan tamasika) hanya akan menuju neraka loka (Niraya ) saja. Konsep sakit adalah suatu ketidak-seimbangan dari diri yang pada hal ini bisa terdiagnosa dalam Sapta Cakra yang tidak seimbang. Ketidak-seimbangan dari Sapta Cakra tersebut bisa terjadi pula akibat ketidak-mampuan melaksanakan ke-Dharma-an di dalam kehidupan.
Sapta Cakra yang terdiri dari tujuh bagian memiliki konsep keseimbangan yang bisa terjadi akibat kebiasaan-kebiasan hidup yang Sattwika guna. Keseimbangan itu terlaksana karena berbagai kebiasaan yang selalu tertuntun oleh kesusilaan. Hal ini tergambar pada kondisi cakra-cakra sebagai berikut :
•1. Cakra Muladhara. Dalam konteks pengaruh maya guna, maka dapat ditarik benang merahnya sebagai berikut :
•Seimbang Sattwika di mana cakra muladhara dalam keadaan baik, stamina bagus, metabolisme daerah usus baik, saluran kencing juga sehat, dalam keadaan psikologis ia tidak dalam keadaan paranoid, dan nyaman di mana saja.
•Keadaan Rajas maka dalam keadaan terlalu rajas aktif panas, maka cakra muladhara berkembang terlalu liar dan berpendar melebar, ini terjadi karena kelelahan fisik, kemudian usus bekerja keras karena mencerna makanan-makanan berlebihan. Dalam kondisi tamas artinya muladharanya dalam keadaan malas bergerak beraktivitas, bisa jadi kegemukan, Lelah lesu karena habit, usus juga bekerja lamban karena tubuh juga tidak menciptakan suasana yang seimbang dan akfif. Pada posisi psikologis rajas akan membuat ia Kasuran Timira preman, dan tamas akan cenderung menjadi paranoid.
2.Cakra Swadistana : .cakra svadisthana atau cakra sakral yg berada di kemaluan dan memberikan gambaran akan seksualitas serta daya tarik juga self confident dari sesiapa yg dianalisa. Elemen yg ada adalah apah atau air. Dan cakra ini diberi simbol warna jingga atau orange. Organ-organ yang dipengaruhi adalah organ reproduksi, ginjal, kantung kemih, panggul.
•Kondisi Sattwika guna, organ-organ berfungsi normal, ginjal, kantung kemih berfungsi baik, panggul kondisi prima tidak ada keluhan tertentu. Sisi psikologis inner beauty yang keluar, daya Tarik terpancar pada lawan jenis.
•Kondisi Rajas, Ginjal bekerja terlalu keras karena makanan yang sulit dicerna (alcohol kopi dll), kencing berwarna kuning pekat, kantung kemih panas, panggul Lelah. Psikologis posesif, konsep cinta yang tidak sehat, overseksualitas (Surupa Timira), terlalu merasa diri lebih mempesona dari yang lainnya, merendahkan yang lain.
•Kondisi Tamas ginjal bekerja lebih pelan dari biasanya, kemampuan ginjal berkurang, ketidak seimbangan elektrolit, penumpukan racun pada ginjal, panggul kaku karena jarang bergerak. Tidak percaya diri, membenci diri sendiri, kurangnya kecintaan pada lingkungan, daya Tarik rendah terhadap lawan jenis, depresi, keinginan bunuh diri.
3. Cakra manipura navel yang berada di pusar, disebut juga solar plexus. Cakra ini menunjukkan emosi dan ambisi dri sesiapa yang dianalisa. Cakra ini simbolkan berwarna kuning dan simbolisme api teja agni. Kelebihan cakra ini atau terlalu aktif akan memperlihatkan ambisi yg meliar tanpa etika. Organ-organ yang berhubungan dengan cakra ini adalah Perut, Usus kecil, Pankreas, Hati, Kantung Empedu, Sistem Pencernaan. Dalam sisi psikologis maka menunjukkan motivasi, rasa percaya diri, kebijaksanaan, kesesuaian kemampuan dan ambisi.
•Sattwika cakra manipura dalam keadaan seimbang pada ruang psikologis akan memperlihatkan motivasi yang tinggi, kepercayaan diri, serta ambisi yang sesuai dengan kemampuan, emosi yang stabil. Organ-organ yang ada berkembang dan berfungsi secara stabil menopang aktivitas yang ada
•Ketika Rajas berkembang terlalu besar, maka ambisi dan emosi menjadi lebih kuat, motivasi yang berlebih, dan tidak mengetahui kemampuan diri terhadap harapan yang ada, terlalu mengawang-ngawang memengaruhi emosi. Organ-organ yang ada akan melakukan tugasnya secara berlebih, perut dan usus kecil misalnya lebih rentan mendapatkan diare atau masalah perut, akibat gaya hidup. Pankreas, Hati, Empedu sibuk untuk menetralisir racun yang masuk pada orang-orang yang stress.
•Tamasika kurangnya nafsu makan, perut dan usus tidak mendapat asupan bergizi atau kurang serat, konstipasi, pancreas hati empedu akan sibuk mengolah lemak, karena karakter tamas adalah orang yang malas bergerak tidak melakukan apa-apa, sehingga metabolism berjalan lambat.
4. Cakra anahata atau heart cakra, cakra jantung yg berisikan rasa kasih sayang dan cinta kasih pada semesta. Cakra ini disimbolkan dgn warna hijau dan berelemen bayu angin. Organ-organ yang berhubungan dengan Cakra Anahata adalah Jantung, Paru-paru, system peredaran darah, tulang dada tulang belakang atas, kelenjar timus. Untuk konsep psikologi cakra anahata memengaruhi rasa kasih sayang, penerimaan atas cinta, rasa kasih yang iklas, dan aura pengasuhan, serta empati, simpati terhadap sesama.
•Sattwika pada cakra anahata menunjukkan sehatnya organ-organ yang ada, rasa kasih saying mendalam, dan mudah untuk dicintai, disayangi oleh orang lain, empati, simpati yang terbentuk, kesabaran.
•Rajasika pada cakra anahata di mana dada tegang atau merasa sesak karena keterbiasaan diri, rasa benci yang besar terhadap sesuatu, sehingga mempengaruhi kondisi paru-paru, atau habit di lingkungan yang rentan akan penyakit yang ada, nafas tidak stabil, trauma sehingga bisa menimbulkan gejala psikosomatis, dsb. Tamasika pada cakra anahata jantung lemah (bradikardia), kapasitas paru-paru tidak berkembang, himpitan ruang paru-paru atau jantung karena lemak, sirkulasi nafas terganggu, pada kebiasaan tamas dan juga perokok berat akan menambah resiko bronchitis atau pneumonia. Secara psikologis orang yang menarik diri, serta mengalami depresi.
5. Cakra visudha yg berwarna biru adalah sbagai akasa atau ruang hampa. Ini melukiskan penggambaran kewibawaan dan sikap kepemimpinan, baik yg arogan atau yg bijaksana. Kesediaan mendengar dan berbicara cukup dan sistematis, adalah bagian dari cakra kerongkongan yg aktif. Cakra ini berhubungan dengan organ Tenggorokan, Tiroid Paratiroid, Leher dan Bahu, Sistem pernafasan bagian atas, rahang serta mulut.
•Pada kondisi sattwika guna : Keadaan dari tenggorokan, kelenjar tiroid, berfungsi baik, leher dan bahu tidak pada kekakuan atau lemas, rahang dan mulut dalam kondisi baik. Kemudian pada unsur psikologis yang berkembang, komunikasinya berjalan baik, tidak canggung dalam berkomunikasi, bijaksana, memahami kebutuhan mendengar dan berbicara serta sistematis tidak melompat-lompat.
•Kondisi rajasika guna : dalam sisi psikologis adalah orang yang terlalu banyak bicara, tidak mau mendengar, arogan, suka berteriak, sehingga terlihat penuh kesombongan (Guna Timira). Kondisi tenggorokan atau pita suara iritasi karena dipergunakan berlebihan, serak, hipertiroid, Lelah leher bahu karena terlalu lama aktivitas (tidak beristirahat cukup), mulut rahang atau gigi sariawan karena makanan pedas, berminyak, atau minuman bersoda terlalu banyak.
•Kondisi tamasika : Psikologinya tidak mau berbicara, dipendam, terlalu introvert, menarik diri dari lingkungan. Secara fisik tenggorokan serak kronis, amandel karena makanan tidak dipilih dengan baik, serta kebiasaan merokok atau minum-minuman keras, tiroid lemah, kakunya leher dan bahu karena jarang berolahraga, nafas lembat dan cepat Lelah.
6. Cakra ajna yaitu cakra di tengah-tengah alis sbagai simbol intelegensi, dan kesadaran yang intuitif. Sebagai seorang yang pemikir dan filsuf, maka dipastikan cakra ini aktif dan terbuka. Tidak disimbolkan dengan elemen, namun warna adalah seperti ungu indigo. Cakra ini memiliki kemampuan untuk memahami dan memberi komando kepada cakra lainnya. Organ-organ yang berhubungan bagian depan otak yang bertanggung jawab atas pemikiran, Analisa, pengambilan keputusan. Kelenjar Pineal, Kelenjar Hipofisis, Mata,Telinga bagian dalam, Sistem saraf pusat, Sinus.
•Ajna yang Sattwika : secara psikologis cenderung cerdas, dan mampu mengambil keputusan dengan baik, cepat mengambil kesimpulan, mengetahui gambaran sesuatu dengan cepat, intuisi tajam. Fisik yang sattwika adalah mata yang sangat baik berfungsi, ritme biologis tubuh berfungsi baik, telinga berfungsi baik, sinus tidak terhambat, saraf pusat berfungsi sesuai kebutuhan yang ada.
•Ajna yang rajas : sakit kepala, migrain, kurang tidur, ritme biologis tubuh terganggu, tidak bisa tidur dengan baik, telinga berdengung, mata Lelah., dst. Ajna yang rajas psikologi orang tersebut terlalu overthinking, tidak mampu bijak mencari solusi, dalam suatu kondisi ekstrim keadaan sakit psikis seperti bipolar, Adhd, Ocd dan gangguan lain, adalah bisa karena keadaan ajna yang berlebih.
•Ajna yang tamasik : lamban, malas, lesu, cenderung bebal, dan kurang cerdas, tidak mampu membedakan logis dan tidak logis, halusinasi, dan lain-lainnya.
7. Cakra mahkota Sahasrara adalah yg menyimpan rahasia dan kedaulatan kosmis semesta. Mahkota adalah sebuah berkat bagi seluruh jiwa sesiapa itu, dan memberikan sebuah kesembuhan atas kesakitan duniawi. Ini merupakan cakra yg identik dngan ilahiah serta suci murni berasal langsung dgn koneksi semesta. Bagi penganut spiritualis yang waskita dan sudah memiliki pengalaman, maka ini adalah terbuka dan mempengaruhi lingkungannya. Organ-organ yang dipengaruhi adalah kepala, otak, tulang belakang.
•Cakra mahkota dalam keadaan sattwika: Sangat baik karena ini memberikan hubungan yang positif dengan leluhur, Tuhan, ManifestasiNya, semesta raya. Bijaksana dan sebagai berkat semesta untuk memberikan pemahaman religi, keagamaan, spiritualitas, serta bagi pengobat tradisional ini sebaiknya dikembangkan, agar dengan mudah dan bijak serta memiliki taksu untuk menyembuhkan. Sehat dan cerdas, biasanya memilliki kemampuan lebih pada kebijaksanaan semesta.
•Cakra Rajas Mahkota : Keadaan ada keinginan yang berlebih untuk mengenal energi semesta, energi spiritualitas, namun Susila etika tidak dijalani, atau jnana yang dipaksakan dengan egoisme yang ada, ajewera, tan aguron-guron, sakit kepala, kepongor, hidup susah sulit.
•Cakra Mahkota tamasika : keadaan sebaliknya di mana seseorang itu malas berhubungan dengan kekuatan Tuhan semesta, tidak tau kawitan, leluhur atau ajaran agama, hidup menjadi susah dan dijauhi oleh karma baik serta rejeki.

Pada sloka lain disebutkan pula bahwa keturunan dari Adharma ini adalah orang-orang yang melecehkan berbagai ritual yang ada, dan kemudian mereka tidak mau melakukannya, sehingga lahirnya berbagai bibit-bibit sang adharma ini. Dalam berbagai sloka pada kearifan lokal, telah tersiratkan berbagai konsep ini. Seperti dalam Sarasamuscaya dari sloka-sloka di atas.
Kemunduran dari suatu jaman atau generasi adalah karena terlalu terbelenggunya manusia pada gejolak Kaliyuga. Kali memunculkan pula saudara-saudari kemudian keturunan-keturunannya dalam bentuk kegelapan yang disebutkan tadi. Pada konsep Hindu itu disebut dengan persamaan Sang Sapta timira Pamesu Mrtyu Lan Dukka Pati . Ibarat tujuh kegelapan yang akan menciptakan karma-karma buruk untuk kehidupan. Menuju kelak kepada penghukuman oleh Bhatara Yama dan juga Bhatari Durga beserta rencanganNya.
Semoga kita mampu menghindarkan dari dari berbagai musuh dan kegelapan itu. Kemudian akhirnya Sang Buddhi sebagai pengawal Dharma, mampu terungkapkan, tersinarkan dengan sebaik-baiknya. Kepada mereka yang mengetahui, kepada mereka yang memahami, dan mampu menganalisa sang Buddhi. Buddhi Dharma sebagai ageming laku-wicara-lan pangidep. Akan pula menemukan Sang Aku dalam dirinya sebagai ageman Buddhi
Gus War Kalvatar Bali


Tinggalkan komentar