Sembari barisan-barisan ayat dan makna yang berkumandang…
Sembari pula terhunuskan pedang yang (disangka) keadilan..
Sembari sebuah kata-kata sakti yang terngiangkan..
Sembari sujud kekerasan hadir di dalam pemusnahan…
———————————————————————————
Dan pada akhirnya, kenerakaan pun menyata pada setiap peraihan..
Yang dikendalikan nafsu amarah keraksasaan dan kedangkalan…
Maka pada suatu kehadirat Bhatara Hyang Guru…
Mendapatkan titah yang nyata, bahwa…Tuhan mereka ditawan…
—————————————————————————————–
Ah ..tuhan ditawan??apa kah itu??
Sehingga barisan-barisan kata puja mereka..menjadi hambar…
Sehingga ketika barisan-barisan makna Syurga..menjadi Basi…
Sehingga ketika hanya kunci ini dalam taubatan, tiada bisa terhembuskan…
Maka kunci ada pada suatu takdir dan kilatan tanpa makna…
—————————————————————————————–
Ketika Tuhan telah ditawan….Oh dimana lagi, penghadapan ilahiah…
termakna terangkum pada syahdu tangis-tangis membahana…
Tangis yang telah telat pada dedemit penguasa laut selatan..
Yang buat mereka menerobos kehancuran bagi mereka….
——————————————————————————–
Ah ..dimana Tuhan di tawan??
Pada pembenaran yang menuju kenerakaan abadi….
Pada perbuatan yang jauh dari kehirarkian manusia sebagai “diri” kesempurnaan…
Pada kemaha-dukaan ke maha-sengsaraan yang mereka berikan pada dunia…
Dan dimana Ia ditahan??pada kami mereka ia semua, yang terjungkal perih…
———————————————————————-
Kemana tuhan ditahan??
Tuhan tidak ditahan, hanya nanti bertemu di keabadiaan..
.salam gwar..no 4 2012,,