Sad Paramita Enam jalan Pencerahan dalam Sang Hyang Kamahayanikan

Om shiva buddhanta ya namastute.. ksama sampurna ya namo nama swaha..

Dalam kitab sang hyang kamahayanikan disebutkan tentang sad paramita, atau enam jalan menuju kebuddhaan atau pencerahan.. Pada sloka 51 yaitu :

“Aum anaku kitang jina putra, mene kami awaraha irikang aji, anung yogya gegonta. Ana sad paramita ngaranya, ya tika parama Boddhi margga, ya tika warahakena mami ri kita rumuhun, marapwan kita tan anghel mangabhyasa ring kapanguhan ika ka-hyang-Buddhan. Nihan lwuirnya, sad ikang paramita, Dana silanca ksantisca, wirya dhyananca prajnanca, sad paramita mucyate, dana tri widha laksanam. Kalinganya, dana paramita, sila paramita, ksanti paramita, wirya paramita, dhyana paramita, prajna paramita, ya tika awan abener marerikang maha Boddhi. Dana tri wadha laksanam, tiga prakaraning laksananing dana, lwirya dana, ati dana, mahati dana”

https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js

Artinya hai anakku engkau penganut buddha (dharma), kini Aku menasehatimu tentang suatu ajaran yg mrupakan jalan pertama menuju keBudhaan (pencerahan) sebaiknya hal itu Kuajarkan terlebih dahulu agar tidak susah payah menuju keTuhanan. Itu disebut enam paramita yaitu, dana paramita, sila paramita, ksanti paramita, wirya paramita, dhyana paramita, prajna paramita. Itulah disebut enam paramita, jalan kencang menuju sang maha Buddha. Dana itu ada tiga macamnya yaitu dana, ati dana, mahati dana…

Dijelaskan dana paramita adalah dana disebutkan sbagai barang yg mengandung rasa, nasi yg ebak, minum2an, air yg segar, kain sutera, emas, harta permata ternak, hendaknya itu diberikan kepada orang2 yg mementingkan dan jangan meminta balasan, juga iklas-itu adalah dana..

Kemudian ati dana adalah dimana orang engkau sayangi, ktika ada yg memintanya dan saat engkau berpisah padanya, maka iklaskan lah karena cinta kasih itu juga sbagai tabir penghalang dalam mendapatkan keHyang Buddhaan (bersatu dengan Tuhan)..

Mahati dana adalah dimana seperti buddha sakyamuni, seseorang itu memberikan dagingnya, darahnya, matanya, badannya, atau organ tubuh lainnya sebagai keiklasan untuk kepada yg memerlukan, bahkan kepada binatang buas atau pun raksasa.. Ini adalah hal yg paling utama dalam menyerahkan diriNya sendiri.. Seperti juga menyumbangkan organ tubuh ke orang lain yg memerlukan.

Sloka 55

“sila paramita ngaraniya, niwrttir ashubat krhsnat prawrttir asubhat tatha, iti silasya sangkepah kayawanmanasakramat. Kalinganya, ikang kaya wak citta. Kaya ngaran sariea, solahning tangan suku, ya kaya ngaranya. Wak ngaranya sabda, salwiring wuwus, ya sabda ngaranya. Citta ikang idep ya citta ngaranya. Sangsiptanya, ikang kaya wak citta, ya tika tah pagayawa papa, sapkarani inaran papa karma, tan wineh mahabhyapare rika. Ikang tri-kaya ngaranika, kaya, wak, citra. Apa pwanung utsahanen ikang tri kaya, ikang gawe hayu, salwiring inaranan subha karma, ya hayu pawayakena de ning trikaya. Apa lwir nikang asubha karma, anung tan utsahanen denikang kaya”

Artinya Yang dinamai sebagai sila paramita adalah segala pekerjaan baik yg dilakukan oleh kaya, wak, citta. Yang disebut kaya adalah gerak tangan dan kaki dari badan jasmani. Yang dinamai wak adalah sekalian kata-kata. Yang dinamai citta adalah jalan pikiran, tegasnya ke semua itu janganlah diberi untuk berbuat papa, janganlah tersesat kesana. Kaya, wak, citta itu disebut tri kaya. Adalah perbuatan pekerjaan baik, yang buruk janganlah diperbuat .

Kaya dibagi tiga, yaitu pranati pati wirati yang artinya tidak membunuh mahluk yg berdosa atau pun tidak berdosa (kecuali yang diperbolehkan agama seperti untuk yadnya, atau dharmayuddha), ketika melakukan bisa mendapatkan duka yang besar serta mendapat karma menjadi binatang lintah dan semut (S.H.Kamahayanikan sloka 56)

Adatta dana wirati adalah tidak mengambil barang yang bagus atau tidak tanpa seijin yg memiliki, akan mendapat neraka loka (SHK sloka 57).

Kama Mithyacar Wirati adalah tidak boleh berbuat tidak suci pada perempuan, segala perempuan, ibu anak, istri seseorang suci, perempuan guru, yang telah bertunangan dan yang lainnya, ini ketika dilakukan akan menyebabkan musnah semua hasil yoga bratha samadhinya juga akhirnya mendapat neraka. (SHK 58)

Kemudian yang harus diusahakan oleh Wak atau mulut maka ada beberapa yang perlu disimak, yaitu jangan melakukan kebohongan dan curang atas sesuatu hal, dilarang memfitnah, dilarang berkata keras dan kasar atau mencaci maki, dilarang mencela serba benda seperti mencela keadaan orang lain, makanan, atau, mungkin cara orang lain melakukan sesuatu dan sebagainya, lalu yang terakhir jangan memakan sesuatu yg terhidang untuk persembahan kepada sang Buddha.

Kemudian yang hendaknya dilakukan oleh pikiran citta yaitu, janganlah besar nafsu, jangan menuruti hati jahat, jangan suka mabuk, jangan sombong, jangan iri hati, jangan dengki, jangan marah keras, jangan tamak, jangan sangat sedih, berpegang kepada hati yang tenang dan suci, setia kepada hutang (janji), jangan ingkar kepada kenyataab, besar kasih pada segala mahluk Tuhan dan berbakti kepada Buddha (bhatara) Tuhan.

Sloka 62 “Ksanti paramita ngaraniya, mitra mitra samanam cittanam apujah pujah, yoh sakam kruddesu santi soratyam ksanti paramitam wadet. Kalinanya, ikang citta klan ring parawamana, kaya tan yukti sabda tanyukti, citta tan yukti, tatan malara, tan kagyat, pisaningun ahyun malesa ring ahita, kewala tumarima ikang purbwa karma paradha, tan pahuwusan manganeng nganeng pwa kita, tatan gemen-gemen, tan harsa, tan girahyasen, mwan sama buddhinta, ring sarbwa sattwa. Sangsiptanya, tan hana wikaranu buddhinta ri sedengyan inawamanan mwang kinagorawan. Ika tang gati mangkana, ya sinanggah ksanti paramita ngaraniya”

Artinya yanf dinamai ksanti paramita adalah pikiran yang tenang serta tahan terhadap durhaka manusia, beraneka ragam jenis penyakit (yang menyebabkan sakit hati) disampaikan oleh orang yang dengki iri hati padamu, seperti pikiran yang tidak benar, kata tidak benar, pikiran palsu, namun demikian janganlah hendaknya sakit hati, jangan terkejut, jangan sekali bermaksud membalas dengan yang tidak baik juga, hanya terimalah betapa keadaan purwa karma yang terjadi ini, janganlah henti-hentinya memikirkan keselamatan dan kebaikan semua mahluk. Demikian ketika engkau disanjung dan dibaik-baikkan, jangan terlalu bersuka cita, jangan terlalu senang, jangan sangat gembira, samakan batinmu terhadap semua mahluk. Jadi jangan berubah pikiran atau batin ketika mendapat hinaan dan sanjungan. Hal itu disebut ksanti paramita.

Kemudian selanjutnya dalam sloka 63. “Wirya paramira, ngaranya, wirya rembho diwa rato sattwanam, hita karanam, karotina srawam kincit wirya paramita smrto. Kalingaya, ikang kaya, wak, citta, ya tika byamara tadangluh, tan alisuh gumawayaken ri rahina, sad dharma lokana, mamuja, mawe angaya, manulis sanghyang akara pallawa, manasu, sad dharma wacana, umaca sanghyang dharma pustaka, athupopakarana, mangarembha sanghyang sthupa tataghata pratiwimba, mangarcanakena sarbwopakriya, mahoma, mwang maka buddhyang gorawa ring tamuy. Nahan lwir ni kusala gawayakena dening kaya, wak, citta, ring rahina ika”

Artinya yang dinamai Wirya paramita iu adalah dengan tidak bosan2nya, tidak merasa payah mengerjakan kusala karma atau pekerjaan, jasa yg suci. Baik siang maupun malam. Pekerjaan kusala yg dilakukan siang hari disebut sad dharma lokanta yaitu memuja, memberi nasehat serta ajarab ajaran, menulis sesuatu pustaka dan sebagainya, sad dharma wacana yaitu membaca ajaran kitab suci, ajaran dhaema, memberi upakara pada stupa (arca suci), membicarakan merencanakan peneyelenggaraan upacara dhyani buddha (bhatara), berhoma, berbatin ramah kepada tamu, itu yg baik dilakukan pada waktu siang.

Kemudian pada malam hari (sloka 64) melakukan japa, yoga, berpikir suci, menghubungkan jiwa kepada Tuhan, mengucapkan mantera pada Budha dewa dewi, mendoakan keselamatan serba mahluk, terlepasnya dari rencana buruk, batin agar terlepas dari cengkraman pengaruh dunia, agar menemui tingkah laku yang suci, mencapai alam kesenangan yang tinggi.

Selanjutnya adalah dhyani paramita dalam sloka 65 “dhyana paramita ngaranya, sresta madhyama kaniste satye nityam dayamati, yoginan yogasa marsyat dhyana paramita smrto. Kalinganya, ikang ngambek mangekantanken takwan-takwan, nitya masih ring sabrhwa sattwa, kanista madhyamottama, inangen-angen kita suka wasananya, ring ihatra paratra dwnira. Umapa denira umanusmaranahi ta suka wasananya ika sarbhwa sattwa, inakni denira tumungalakena waknya. Mapa lwir nikang ambek, ya ewa sattwah ah ewa ham, sa aham sah sarbwa sattwa, awaku ika, awaku awakni sarbwa sattwa ika, apayapan awibha geka shabhawah, ikang sarbwa wastu tan haneka bheda ri sarbwa dharma, mangkana karana ikang ambek, ya tika dhyana paramita ngaranya”

Artinya bahwa yang dinamai dhyana paramita ialah mempersatukan pikiran untuk menelaah mncari jawaban dari pertanyaan (tentang kehidupan) selalu kasih sayang terhadap semua mahluk tuhan yg menurun derajatna kanista madhya uttama, dipikirkan keselamatan dan kesenangan akhirnya sampai kepada dunia swmua, dipujakan keselamatannya dan kesenangan akhir serba mahluk itu. Yaitu dengan mempersatukan batinnya terhadap mahluk itu. Badan mahluk itu adalah badanku dan badanku ini adalah badan segala mahluk itu, apalagi tidak ada bedanya serba mahluk itu dengan serba dharma. Pikiran yang itu disebut dhyana paramita.

Yang terakhir adalah prajna paramita, maka disebutkan dalam sloka 66. Prajna paramita ngaraniya, yawanti sarbwa wastuni dasa diksan kashitani catani sunya swabhawani prajna paramita smrto. Kalinganya, sakwehnikang sinanguh hana ring loka, dasa diksan shitah, ikang umungguh ring Desa sapuluh, purwa, daksina, pascima, uttara, agneya, nrtti, wyawya, airsanya, urdhwa, adhah, yatika kawruhana teka ring sarira wahyadyatmika, mwang sarbwa sattwa, sarbwa widya, sarbwa wihdya, sarbwa kriya, sarbwa kabwatan, sarbwa paksa, ya tika kaweruhana, sakaranya nirakaranya an makatattwan yan inenget ingeten, pakawakang eka neka swabhawa, apang tunggal mapupul matemu sinanggu, akwe ngaranya”

Yang dinamai prajna paramita adalah demikian yg disebutkan ada di dunia ini disegala penjuru timur selatan barat utara tenggara barar daya barat laut timur laut, atas bawah, semuanya harus diketahui dalam badan lahir atau batin dan juga seluruh serba mahluk, pengetahuan, aerba kerja, bentuk dan lainnya, bahwasanya kebenaran yang terkandung di dalamnya jika diperhatikan berbadan esa bersifat banyak, sebab yang satu itu berkumpul bertemu merupakan banyak.
https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
Demikian tentang sad paramita, dumogi sarwa prani hitankarah..

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.