Sang Dharmawangsa Menuju Wangsa Dharma – Ruang Indah Galungan

..Sang Dharmawangsa Menuju Wangsa Dharma…

Salam damai semoga selalu dalam kebahagiaan..

Dalam kehidupan semua berisikan konsep yang terdapat suatu batasan-batasan. Batasan itu hadir sebagai suatu kesepakatan yang tertulis dan tidak tertulis. Sebagai kontrol di ruang interaksi manusia satu sama lainnya, dalam bahasa sosial.

Lingkup sosial itu terbagi dengan gambaran-gambaran ruang terkecil sampai besar. Lingkup sosial suami istri, anak, keluarga kecil, lingkup keluarga besar, ruang masyarakat, pulau, antar pulau, negara dan seterusnya. Pada ruang-ruang ini begitu banyak terjadi interaksi sosial yang saling memiliki kontrol, serta berisikan aturan-aturan tertentu. Tentu juga ada riak-riak atau derai lembut angin, ombak besar dan sebagainya yang menjadi keterjadian di ruang itu.

Seiring dengan lingkup itu, terdapat cerminan konsep sosial yang baik, tergambar pada kisah Mahabrata. Di mana dalam suatu keluarga berisikan dua tabiat hidup. Keluarga Pandawa yang memberi contoh tentang bahasa Ke-Dharma-an dan Adharma yang diperankan Keluarga Korawa. Ini terjadi secara universal dan menyeluruh di setiap ruang lingkup itu. Baik di diri, keluarga kecil, besar dan seterusnya.

Pandawa menyimbolkan konsep dharma dalam kehidupan. Dharma dalam kehidupan adalah perlambang sisi kebaikan, kebajikan, kebenaran, dan kebijaksanaan. Pada agama melibatkan tiga kerangka upacara, susila dan tattwa. Tentunya Dharma yang terhadirkan pada bingkai sosial itu adalah sisi etika dan kesusilaan. Mengetahui, memahami, kemudian melaksanakannya akan memberikan nuansa damai di setiap lingkup kehidupan tersebut. Itu menjadi pilihan yang sangat bijaksana tentunya.

Etika susila itu dalam konsep leksikon Hindu, perlu diketahui sekaligus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Dari konsep Tri Kaya Parisudha manacika berpikir dengan baik juga bijak , wacika berbicara dengan baik dan benar, kayika berbuat baik, bajik, benar. Kemudian Catur Paramita disebutkan maitri – lemah lembut, mudita-menyenangkan sesama, karuna-belas kasih dan sayang, upeksa-menghargai orang lain. Panca Satya dijelaskan sebagai Satya Hredaya setia kepada kata hati, Satya Wacana kesetiaan terhadap janji, Satya Laksana setia kepada perbuatan, Satya Mitra Setia kepada kawan dan hubungan, Satya Semaya setia kepada janji.

https://linggashindusbaliwhisper.com/2011/06/11/catur-paramitha-dan-catur-aiswarya-sebagai-penerapan-tat-twam-asi/

Leksikon lain etika seperti menghindari Sad Ripu, Krodha-kemarahan, Lobha kerakusan, Moha Kebingungan, Mada kemabukan, Matsarya Iri hati, Kama hawa nafsu. Selanjutnya adalah menghindari Sad Atatayi yaitu Agnida membakar, Wisada meracuni, Sastrghna mengamuk, Raja pisuna memfintah, Atharwik menggunakan ilmu hitam, Dratikrama memperkosa. Sapta Timira bagiannya Kulina gelap karena keturunan, Dhana gelap karena harta, Guna gelap karena kepintaran, Yowana gelap karena usia muda, Sura gelap karena miras, Kasuran gelap karena keberanian, Surupa gelap karena wajah yang tampan atau cantik. Cek juga link di bawah…

https://linggashindusbaliwhisper.com/2015/04/02/sapta-timira-tujuh-kegelapan-yang-berdasarkan-sarasamuscaya/

https://linggashindusbaliwhisper.com/2018/03/21/kekuatan-dewata-asta-bratha-untuk-menundukkan-sad-ripu/

https://linggashindusbaliwhisper.com/2012/10/26/sandingan-konsep-seven-deadly-sins-konsep-sad-ripu-serta-sad-atatayi/

Begitulah rambu-rambu serta aturan dari konsep dharma dalam bahasa Kehinduan. Dibuatkan oleh Leluhur yang agung bahwa dalam sastra digubah menjadi leksikon-leksikon sehingga mudah dipahami serta dilaksanakan. Seperti juga dalam kehidupan keseharian yang hendaknya mampu memilih, memilah, bahwa opsi untuk menuju suatu kedamaian dan peningkatan hidup adalah dengan menjadi Sang Dharma sebagai Pandawa. Pandawa seperti nama anak pertama yaitu Sang Dharmawangsa sebagai keturunan Bhatara Dharma.

Di Hari yang indah ini, yaitu kemenangan Dharma atas Adharma, mampu memberikan aura bahwa kelak dengan menjalani ketentuan leksikon itu, akan tercapai tatanan kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan. Disebut bagi mereka yang melaksanakan itu sebagai Sang Pengabdi Dharma, sebagai bagian Wangsa Dharma.

Sarasamuscaya 47
“Adapun yang patut engkau lakukan ialah jika suatu timbul dari perbuatan, kata-kata dan pikiran yang tidak menyenangkan bagimu sendiri serta menimbulkan kesusahan dan menyebabkan penyakit, janganlah diperbuat hal demikian itu pada orang lain. Berbuatlah amal selalu untuk kesejahteraan orang lain berdasarkan cinta kasih. Perbuatan yang demikian itu Dharma namanya. Jika menyimpang dari ajaran dharma, sebaiknya jangan dilakukan”

Selamat Hari Galungan Semeton Dharma

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.