Om namaste om..
Hindu dalam pemahaman atma tattwa, sebetulnya secara tersadarkan merupakan konsep pembelajaran atas psikologi manusia itu yg dikembangkan secara gamblang oleh freud atau carl gustav jung.. Dalam hal ini melalui psikoanalisa yg memberi pemahaman tentang apa yg terjadi di “dalam” manusia itu..
Atma tattwa berdasarkan konsep citta budhi manas ahamkara, mengajarkan tentang bagaimana keadaan “luar” ibarat fenomena gunung es yg menjelaskan “persona”(jung) yaitu keadaan yg diperlihatkan oleh seseorang itu kepada dunia.. Persona yg merupakan topeng sebagai alat2 sandiwara manusia yg diperlihatkan kepada sesamanya..
Dan jung mengatakan, bahwa yg “tidak terlihat” itu adalah seperti samudra besar yg berisi “penuh” atas kesadaran manusia yg kompleks juga arketipe arketipe manusia yg universal.. Arketipe yg berupa kesadaran kolektif atau universal yg ajaibnya hampir sama di setiap belahan negara.. Ini seperti juga sejalan dgn konsep dri kebijaksanaan hindu tentang keadaan jagra, svapvna, susupta atau pun turiya pada yg berhubungan erat dgn keadaan sadar, mimpi (sebagai simbol arketipe manusia), tidur pulas, juga diantaranya (yg nanti akan diulas pda tulisan selanjutnya)
Arketipe itu misalnya konsep IBU mother, Child anak kecil, The creator, The Sidekick, the wise old man, the explorer, the snake, the hero yg terdefinisikan seperti myth yg telah lama ada dan selalu ada, sprti utusan tuhan awatara, anak tuhan (ganesha atau kristus), bapa the father Shiva, the mother Theresha pratiwi atau legenda Kanjeng ibu juga mahenjo daro harappa terracota, bhisma sang pahlawan dan sebagainya.. INi adalah arketipe arketipe yg membentuk kesadaran supra atau ketidaksadaran personal akan “diri” itu sendiri..
Kembali pada atma tattwa, maka kebersadaran di “dalam” terbagi atas citta buddhi manas ahamkara, yg (mungkin) akan terkombinasikan secara kompleks atas arketipe2 tersebut.. Dalam hal ini, kebersadaran “dalam” terbentuk atas dunia luar (ego ahamkara) lalu terbentuk atas memori masa lalu juga tradisi (citta atas dasar samsara) kmudian itu akan membukakan persona atas keberpahaman dalam buddi dan manas.. Buddi sendiri adalah rasa atau juga intelektualitas yg berkembang atas dasar jnana juga dharma keberagungan arketipe simbol Ilahi seperti the father the mother the creator the hero the wise old man the mentor yg merupakan arketipe hyang agung.. Semakin lekat manusia akan jnanaNya atau ilmuNya, maka IA akan semakin sering mengumandangkan wacana visualisasi keilahian di atas..
Di bagian lain adalah manas atau mahat ada “alat” dari atman untuk mengambil atau mendapatkan informasi dari ahamkara atau pun dari citta yg akan diolah oleh buddhi jnana, ini adalah “Sidekick” yg mengolah the shadow itu sendiri yg selalu hadir untuk menguji, menganalisa juga sebagai alat untuk memperdayai membuat persona, sampai dalam pengetahuan akan bahwa citta dan ahamkara (ego) adalah sesuatu hal yg sama sahadja..
Kebersadaran lampau tentang the creator adalah IA yg mencipta, IA yg sebagai IBU IA yg sebagai juga guru dan anak, dan yg lainnua adalah yg “sejatinya” bisa digali dgn jnana itu sendiri.. Ini sendiri juga merupakan simbolisasi akan kekuatan atman jihwantam yg layak ditandai sebagai “persona” sesungguhnya, perjalanan atas “hidup” manusia itu sendiri..
Aham brhman asmi, brhman atman aikyam, agung alitan buana aikyam adalah (bisa jadi) perjalanan akhir manusia..
Bacaan : art &jung Buntje harbunangin