Seperti telah diketahui bahwa ada 5 keyakinan mendasar dari suatu kepercayaan agama hindu. Yaitu salah satunya adalah keyakinan karmapahala yang berati suatu sebab pasti akan menuai akibatnya dikemudian waktu atau kehidupan.
Kebesaran pengaruh dari suatu keyakinan akan karmaphala sesungguhnya masiv atau sangat besar mempengaruhi suatu moralitas dari seseorang. Dan keyakinan ini selain dimiliki oleh umat dharma, telah juga dimiliki secara moral oleh umat non dharma. Apakah yang menjadi titik kebesaran dari pengaruh keyakinan ini terhadap moralitas manusia??
Pada dasarnya manusia sejak ia dilahirkan di dunia, telah diperlihatkan suatu kehidupan yang terdiri dari sisi gelap dan sisi terang seperti dualitas rwa bhineda. Tidak ada jahat jika tidak ada yang disebut baik. Tidak ada buruk jika yang bagus tidak ada di sisi lainnya. Dan moralitas sebagai suatu hal yang abstrak namun menjadi pedoman dari berbagai sudut dunia adalah berdiri di sisi positif dari rwa bhineda itu. Sisi yang memang menjadi suatu yang menimbulkan pedoman atau etika baik dalam berperilaku (kayika), berbicara (wacika), dan bahkan berpikir (manacika). Sesungguhnya kebaikan menjadi suatu sisi ideal dari keseluruhannya. Dan bagaimanakah suatu kebaikan menjadi sesuatu yang abadi? maka karmapala menjadi jaminan energi positif itu selalu ada sampai akhir jaman.
Karmaphala pun dapat menjadi suatu yang lebih besar dari apa2 yang disebut mereka cerita surga neraka di alam sana. Mengapa? karena karmaphala juga akan terjadi di kehidupan dunia dan bahkan menyebrang ke surga neraka sampai ke kehidupan akan datang (samsara). Konsep surga neraka adalah bagian dari karmapala itu sendiri. Dan bagi mereka yang takut akan kehidupan nyata yang benar-benar terbukti terjadi adalah suatu keotomatisan konsep karmaphala menjadi bagian mereka. Jadi alam nyata adalah teryakini akan baik jika mereka melakukan sesuatu agar mendapat suatu yang positif(baik).
sarasamuscaya 21..
kunang ikang wwang gumawayikang subhakarma, janmanyan sangke rig swarga delaha, litu hayu maguna, sujanma, sugih, amwiirya, phalaning subhakarmawasana tinemuya…maka orang yang melakukan perbuatan baik kelahirannya dari sorga kelak akan menjadi orang yang rupawan,gunawan,muliawan, hartawan, dan berkekuasaan; buah hasil perbuatan yang baik didapat olehnya..
Dari sloka di atas kehidupan nyata seorang setelah lahir kembali atas karmaphalanya yag terdahulu akan mendapatkan ia kehidupan nyata yang baik seperti pula ia mendapat surga. Di jaman sekarang ini pada dasarnya takdir manusia diakibatkan oleh pula karma mereka terdahulu pula. Semakin baik ia berbuat baik, semakin besar juga pahala yang didapat dalam kehidupan seterusnya dan pula mencapai surga. SUatu kenikmatan yang berlipat ganda.
Karmaphala jelas menjadi konsep yang menjadikan kemuliaan kehidupan yang menuju suatu keindahan nantinya. Walaupun dengan konsep yang mungkin dianggap mustahil dan mistik dari kelahiran kembali yang abstrak oleh sebagian orang. Kalau moralitas ditunjang dengan dan dibentuk oleh konsep itu, maka tanpa disadari kehidupan ke depannya akan lebih baik jika secara keseluruhan memiliki moral yang tekun menghayati keindahan sirkulitas karmaphala.
Secara gampangnya adalah jika kebaikan dilakukan banyak orang, maka kebaikanlah yang akan didapat. Dan tidak ada kejahatan yang akan membuat dunia menjadi lebih punya makna ke dalam perjalanan menuju masa depan. Berbuat baik menjadi dan mendapatkan baik, walaupun mungkin ada yang berbuat tidak baik -tapi kesemuan akan hasil yang baik- itu pastilah teryakini akan berhasil buruk nantinya.
Konsep keyakinan akan karmapala pada akhirnya akan membuat perilaku yang berbeda pula pada seseorang. Tentu saja perbuatan baik yang mencintai hasil yang baik akan mendorong manusia berperilaku baik pula. Itulah yang membuat bagaimana hebatnya keyakinan karmaphala akan berpengaruh secara signifikan terhadap moralitas seseorang.